Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melaporkan pinjaman kepada korporasi, komersial, dan usaha kecil dan menengah dapat terus tumbuh positif dan hati-hati seiring dengan berkurangnya likuiditas dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga dasar atau BI rate menjadi 6% pada rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17-18 September 2024.

Executive Vice President Corporate Communications and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin menjadi 6% sejalan dengan proyeksi pergerakan suku bunga The Fed, serta inflasi dan stabilitas nilai tukar. rupee. kecepatan. 

“Kebijakan ini diharapkan dapat mengembangkan perekonomian nasional lebih cepat, merangsang permintaan pinjaman, dan melemahkan likuiditas,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (26/9/2024). 

Per Agustus 2024, total pertumbuhan pinjaman bank BCA tercatat sebesar 16% year-on-year (y/y) menjadi Rp 843 triliun. Peningkatan total kredit ini antara lain didukung oleh alokasi kredit untuk mendukung program daur ulang yang dilakukan pemerintah.

Ke depan, BCA menyatakan akan terus mendorong alokasi kredit lintas sektor dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian sejalan dengan dinamika makroekonomi domestik dan global.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Varjio membeberkan kondisi likuiditas perbankan terkini pada Agustus 2024. 

Ia mengatakan, berdasarkan rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, stabilitas sistem keuangan negara terpelihara dengan baik dan likuiditas perbankan tetap memadai. 

“Hal ini tercermin dari tingginya rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga [AL/DPK] sebesar 25,37%,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/09/2024). 

Lebih lanjut dijelaskannya, Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank ditetapkan sebesar 26,56% sehingga mampu menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit. 

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan masih tetap rendah yaitu sebesar 2,27% (gross) dan 0,79% (net) pada Juli 2024. 

Perry mengatakan, ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga didukung oleh tetap terjaganya solvabilitas dan profitabilitas korporasi, berdasarkan hasil stress test perbankan yang dilakukan beberapa waktu terakhir.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan KSSK untuk mengurangi berbagai risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan,” tambahnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel