Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) terlihat merevisi suku bunga deposito hingga 50 basis poin (bps) pada Juni 2024. Lalu apa alasannya?

Sekadar informasi, BCA telah melakukan penyesuaian bunga deposito mulai 14 Juni 2024. Dalam 1 bulan 3 bulan terlihat ada kenaikan. 

Semula, suku bunga deposito rupiah BCA 1 bulan pecahan di bawah Rp 2 miliar ditetapkan sebesar 2,5% hingga 3%. Artinya terjadi kenaikan sebesar 50 basis poin (bps).  

Saat ini, untuk tabungan dengan nilai minimal Rp 2 miliar dalam jangka waktu 3 bulan, suku bunga yang semula ditetapkan sebesar 2,85% kini berubah menjadi 3,25% atau disebut kenaikan 40 bps.

Kemudian untuk jangka waktu 1 bulan dan deposito bernama Rp 2 miliar menjadi 3,25%, 35 bps dari sebelumnya 2,9. Begitu pula dengan total DPK pada triwulan di atas Rp2 miliar meningkat 10 bps menjadi 3,25% dari sebelumnya 3,15. 

Presiden BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan kenaikan suku bunga deposito mengikuti acuan Bank Indonesia atau BI rate yang meningkat sebesar 25 basis poin mulai April 2024 menjadi 6,25%. 

Jahja mengatakan, meski suku bunga deposito mengalami kenaikan, namun hal tersebut tidak serta merta diikuti dengan kenaikan suku bunga pinjaman. “Suku bunga kredit tidak mengalami kenaikan,” ujarnya kepada Bisni, Rabu (19/6/2024).

Senada, EVP Corporate Communications and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn juga mengatakan perseroan menawarkan suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas, kondisi pasar, suku bunga Bank Indonesia, dan kondisi perekonomian. 

Menurut dia, langkah tersebut sejalan dengan pergerakan suku bunga Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Saat ini, secara umum suku bunga deposito rupee BCA berada pada kisaran 2,00%-3,25%, tergantung tenor. 

Sekadar informasi, berkat tabungan dan pendanaan BCA saat ini, BCA mampu menanggung seluruh biaya keuangannya, jelas Bisnis.

Sementara terkait perkembangan suku bunga kredit ke depan, kata Hera, BCA akan mengkaji dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum melakukan penyesuaian suku bunga, antara lain kondisi perekonomian dan bisnis, kekurangan dana, serta kondisi pasar saat ini.

“Kami senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dan pertumbuhan kredit yang sehat, dengan tetap memperhatikan kondisi dan risiko pasar yang berkembang,” ujarnya.

Ke depan, perseroan optimis dapat menjaga stabilitas neraca dan mempertahankan profitabilitas secara keseluruhan. 

“BCA akan selalu menjaga tingkat likuiditas dan permodalan yang kuat untuk menghadapi berbagai situasi,” ujarnya. 

Sementara itu, hingga Maret 2024, likuiditas BCA yang tercermin dari rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) berada pada angka 71,23%. Solvabilitas bank tersebut hanya ditopang oleh bank pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 1.099,94 triliun. 

Penghimpunan DPK perbankan didominasi oleh rekening tunai atau tabungan (CASA) sebesar Rp896,8 triliun atau 81,53% dari total DPK. 

Direktur Segara Research Center Peter Abdullah mengatakan naik turunnya suku bunga deposito perlu dikaji secara mendalam dan tidak bisa sekadar data suku bunga yang terlihat oleh publik.

Meskipun pada umumnya bank yang menaikkan suku bunga adalah bank yang tidak memiliki banyak uang tunai untuk menutupi utangnya.

“[Simpanan] bukan satu-satunya ukuran [untuk menilai kondisi bank]. “Langkah lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah uang, giro di bank sentral [BI], kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN), dan rasio pinjaman terhadap simpanan [LDR],” ujarnya kepada Bisnis.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA