Bisnis.com, Jakarta – Menteri Keuangan (MENKU) Bapak Mulyani Indrawati angkat bicara usai diminta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monorfa untuk menurunkan target defisit APBN 2025.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan target defisit sebesar 2,45% hingga 2,82% PDB dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Kebijakan Utama Fiskal (KEM-PPKF) tahun anggaran 2025.
Menurut Suharso, kisaran target defisit masih bisa diturunkan menjadi 1,5%-1,8% PDB. Pemangkasan tersebut dimaksudkan untuk memberikan ruang fiskal yang lebih fleksibel kepada pemerintahan pimpinan Prabowo Subianto.
“Kami berharap Menteri Keuangan dan Komisi 2024).
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati mengatakan Kementerian Keuangan akan membahas usulan tersebut lebih lanjut.
Nanti akan dibicarakan, katanya usai rapat pimpinan KPU di XI DPR RI.
Senada dengan itu, Wakil Menteri Keuangan Suhasil Nazara mengatakan Kementerian Keuangan saat ini mematok angka defisit sebesar 2,45%-2,82% dalam penyusunan RAPBN 2025.
“[Defisit APBN] kita berkisar 2,45% sampai 2,82%. “Sesuai dengan dokumen KEM-PPKF,” kata Suhasil.
Pada kesempatan sebelumnya, Anggota Badan Anggaran DPR RI Dolphy O.F.P. Cakupan defisit anggaran APBN 2025 yang disusun pemerintah saat ini cukup besar, sedangkan tingkat belanjanya ditetapkan sekitar Rp3.500 triliun.
Padahal, tingkat defisit APBN 2025 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah transisi pemerintahan Indonesia, ujarnya.
“Defisit transisi ini [APBN] adalah yang paling tinggi dari semua proses transisi. Jadi defisitnya harusnya turun,” ujarnya.
Dolphy menilai defisit dan anggaran pemerintah yang besar saat ini dirancang berpotensi mempersempit ruang belanja pemerintahan baru.
Di sisi lain, pemerintahan baru harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dalam waktu 3 bulan setelah dilantik.
Selain itu, pemerintahan baru berpeluang melaksanakan APBN-P untuk mengkoordinasikan belanja sesuai visi dan tujuan calon presiden Prabowo Subianto.
“Presiden [Prabovo] belum kerja, defisit anggarannya [dirancang] lebih dari Rp 600 triliun. Dari siapa program ini didanai? “Nah, karena ini anggaran transisi, maka cara berpikir kita juga transisi,” jelasnya.
Oleh karena itu, Dolphy mengatakan penyusunan RAPBN perlu diperjelas dalam panitia kerja antara DPR dan pemerintah, apalagi rancangan tersebut harus bisa memberikan ruang belanja yang lebih luas kepada pemerintah selanjutnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel