Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) optimis target pengelolaan kehilangan dan sampah pangan sebesar 75% akan tercapai pada tahun 2045. 

Hal ini sejalan dengan Peta Jalan Pengelolaan Kehilangan dan Sampah Pangan untuk Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045, yang memproyeksikan tujuan pengelolaan kehilangan dan sampah pangan sebesar 50% pada tahun 2030 dan 75% pada tahun 2045 dapat dicapai dengan menerapkan strategi dan strategi yang tepat. skenario. 

Wakil Direktur Ketahanan Pangan dan Gizi Bapana, Nyoto Suwignyo mengatakan, dalam pembangunan Indonesia sebagai negara berkembang perlu juga memperhitungkan aspek kehilangan dan pemborosan pangan.

“Kita harus membangun negara maju tanpa food waste, karena sekarang yang terjadi adalah negara maju, tapi food wastenya banyak. Saat kita mempersiapkan Indonesia menjadi negara maju, kita harus tampil beda. kita sekarang sudah mulai,” kata Nyoto dalam keterangan resminya, dikutip, Minggu (29/9/2024). 

Untuk memperkuat penanganan kehilangan dan sisa makanan, Bapanas mendorong adanya regulasi yang dapat menjadi landasan penanganan kehilangan dan sisa makanan yang diterapkan di Indonesia.

Menurut Nyoto, begitu ada peta jalan, pasti ada aturan yang disembunyikan. Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan rancangan peraturan presiden. 

Isinya bagaimana mempersiapkan tata kelola yang baik mengenai kehilangan dan pemborosan pangan. Ini akan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat. Ini ke depan akan terlaksana secara efektif, kami sangat optimis, kata Nyoto. 

Kebijakan yang dapat menjangkau masyarakat dinilai sangat mendesak, karena sektor rumah tangga berkontribusi besar terhadap hilangnya dan terbuangnya pangan.

Menurut laporan Food Waste Index 2024 dari United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 2022, limbah makanan global diperkirakan mencapai 1,05 miliar ton makanan yang tersebar di sektor ritel, jasa makanan, dan rumah tangga.

Jumlah tersebut setara dengan rata-rata 132 kilogram per penduduk per tahun, dimana sebagian besar atau 59,85% berasal dari sektor rumah tangga dengan rata-rata 79 kilogram per penduduk per tahun.

“Ini sebenarnya berkaitan dengan moralitas, moralitas pangan. Ini adalah konsep bagaimana masyarakat menilai pangan kemudian memaknainya dan memanfaatkan pangan tersebut secara bijaksana. sampah pangan akan berkurang dan berdampak pada total konsumsi. Dengan posisi ini maka kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia terus dijaga, kata Nyoto.

Ketua Bapanas Arief Prasetyo Adi menyampaikan pesan bahwa perilaku menabung pangan dan menghentikan sampah pangan akan berimplikasi pada stabilitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

“Kami ingin terus mengajak seluruh pihak dan elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya penyelamatan pangan. Tentu saja hal ini akan mampu memperkuat stabilitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat lokal untuk mencapai Indonesia Emas 2045, “ucap Arief.

Arief mengatakan pemerintah akan terus meningkatkan kesadaran dan menciptakan wawasan dengan menerapkan perilaku menghentikan pemborosan makanan dan menghemat makanan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Terlebih lagi, terdapat proyeksi peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang dapat mencapai 319 juta jiwa pada tahun 2045, sedangkan jumlah penduduk tersebut linier dengan potensi kehilangan dan sampah pangan. 

Mari kita ciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Ayo hemat pangan. Stop membuang-buang pangan. Demi kita, demi bumi,” pungkas Arief.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel