Bisnis.com, JAKARTA – Banyaknya gerai ritel yang mengelola restoran cepat saji seperti PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) atau Pizza Hut dan PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) atau KFC Indonesia tercatat mengalami penurunan.
Laporan masyarakat menunjukkan, hingga September 2024, Pizza Hut memiliki 595 toko yang beroperasi di berbagai wilayah Indonesia setelah melaporkan kerugian sebesar Rp 557,08 miliar pada kuartal III 2024.
Pada tahun 2024, jumlah gerai Pizza Hut akan berkurang. Tercatat pada kuartal I 2024, terdapat 611 gerai Pizza Hut yang beroperasi. Jumlah tersebut mengalami penurunan pada triwulan II tahun 2024 yang pusat operasionalnya mencapai 610 toko, dan kembali menurun pada triwulan III tahun 2024 menjadi 595 toko.
Direktur Sarimelati Kencana Boy Ardhitya Lukito mengatakan perseroan tidak akan fokus pada pertumbuhan ke depan. Alih-alih berkembang, PZZA justru akan memodernisasi restoran yang sudah ada.
“Pada tahun 2024, kami telah belajar untuk memodernisasi restoran-restoran kami yang sudah berumur beberapa dekade, dan banyak toko-toko yang sudah tua atau sudah dibangun,” kata Boy.
Boy mengatakan ada dua hal yang mempengaruhi cara kerja perusahaan, yaitu menurunnya daya beli masyarakat dan situasi dalam negeri. Ia juga mengungkapkan boikot Israel sejak tahun lalu telah mempengaruhi operasional perusahaan.
“Krisis Palestina menyebabkan perubahan preferensi sebagian konsumen, yang juga mempengaruhi kinerja perusahaan,” ujarnya dari laporan tahunan PZZA.
KFC Indonesia juga mengurangi jumlah gerainya. Jaringan restoran cepat saji tersebut dilaporkan akan menutup 47 toko pada September 2024 setelah melaporkan kerugian sebesar Rp 557,08 miliar pada kuartal ketiga tahun 2024.
Dalam laporan keuangannya, perseroan mengoperasikan 715 restoran per 30 September 2024, dibandingkan 762 toko per 31 Desember 2023.
Menonaktifkan keluaran ini akan memengaruhi kinerja. Dilaporkan ada 2.274 orang yang dipulangkan. Perseroan saat ini mempunyai 13.715 karyawan per 30 September 2024, naik dari 15.989 karyawan per 31 Desember 2023.
FAST mengklaim situasi yang dialami perusahaan saat ini merupakan efek jangka panjang dari pemulihan grup dari pandemi Covid-19, di mana penjualan belum mencapai tingkat yang diharapkan dan pasar menurun akibat permasalahan di Timur Tengah.
“Kedua masalah ini berdampak negatif terhadap hasil perseroan untuk periode 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2024.” – jelas pengurus FAST dalam laporan keuangan tersebut, Kamis (11/7/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel