Bisnis.com, Jakarta – Bank of Japan (BOJ) kembali menegaskan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin terjadi jika inflasi terus mencapai target bank sentral. Meski begitu, Bank of Japan mengatakan tidak akan terburu-buru mengambil tindakan untuk mendinginkan perekonomian.

Anggota dewan Bank of Japan Jenderal Takada mengatakan pada Kamis (9 Mei 2024) bahwa jika tren inflasi terus berlanjut seperti yang diharapkan, tingkat pelonggaran moneter perlu disesuaikan bersama dengan kebijakan lainnya. “Kita perlu terus berupaya menciptakan dunia dengan suku bunga positif,” kata Takada dalam pidatonya di Prefektur Ishikawa Jepang, seperti dikutip Bloomberg.

Takada menekankan pada konferensi pers bahwa meskipun ada kemajuan menuju siklus ekonomi yang baik, dengan kenaikan upah yang meningkatkan pengeluaran dan mendukung inflasi yang didorong oleh permintaan, kebijakan apa pun akan tetap bergantung pada data.

Pernyataan tersebut memperkuat sikap Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda, yang sebelumnya mengatakan bank sentral siap untuk menormalisasi kebijakan moneter jika kondisi ekonomi memungkinkan namun tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan terlalu cepat.

Takada awal bulan lalu menekankan perlunya memantau pasar keuangan setelah krisis global. Data sebelumnya menunjukkan bahwa upah riil pekerja Jepang meningkat selama dua bulan berturut-turut hingga bulan Juli, termasuk kenaikan sebesar 3% untuk pekerja penuh waktu.

Ekonom Bloomberg Taro Kimura percaya bahwa kenaikan data upah meningkatkan kemungkinan bahwa Bank of Japan akan membahas kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan Oktober. Namun, ketidakpastian mengenai perlambatan ekonomi AS membuat keputusan ini tidak pasti.

Sementara itu, yen stabil setelah pernyataan Takata, naik menjadi 143,19 terhadap dolar karena data upah yang lebih kuat dari perkiraan. Yen telah menunjukkan kekuatan selama seminggu terakhir setelah Bank of Japan menaikkan suku bunga menjadi 0,25% pada 31 Juli. Meski terlihat kecil jika dibandingkan dengan suku bunga Bank Indonesia sebesar 6,25%, angka tersebut merupakan lompatan besar setelah Jepang menerapkan kebijakan suku bunga referensi negatif selama bertahun-tahun.

Takada menambahkan Bank of Japan akan terus memantau perkembangan pasar mengingat dampak krisis global saat ini. Ia juga menegaskan, tingkat suku bunga alami sulit ditentukan sehingga bank sentral tidak akan terburu-buru mengambil keputusan lebih lanjut untuk menaikkan suku bunga.

Hampir semua ekonom memperkirakan Bank of Japan akan mempertahankan kebijakan suku bunga tidak berubah pada pertemuan berikutnya pada tanggal 20 September. Namun, perubahan tarif diperkirakan akan terjadi antara bulan Oktober dan Januari.

Takada, yang menjabat sebagai anggota Dewan Gubernur BOJ sejak Juli 2022, sebelumnya telah menyarankan agar BOJ mengakhiri kebijakan pelonggaran besar-besaran. Pada bulan Maret tahun lalu, Bank Sentral Jepang menaikkan suku bunga acuannya untuk pertama kalinya dalam 17 tahun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel