Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06% pada tahun ini.

Direktur Treasury dan Perbankan Internasional Bank Mandira, Eka Fitria, mengatakan perekonomian Indonesia secara keseluruhan menunjukkan ketahanan di tengah gejolak global. 

Beberapa kebijakan juga mendorong ketahanan. Dia mencontohkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin dan Bank Indonesia (25 bps) yang turut memperkuat nilai tukar. 

Dampak lainnya, penurunan suku bunga berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah ke kisaran Rp15.100 terhadap dolar AS. Selain itu, ia juga melihat daya beli masyarakat kuat.

Selain itu, terungkap pula inflasi yang terjaga pada level rendah yakni 2,1% pada Agustus 2024. Defisit anggaran pada Januari dan Agustus 2024 juga sebesar 0,68%, yang menurut Eka merupakan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, Bank Mandiri meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi dari 5% pada tahun ini.

“Bank Mandiri memproyeksikan Indonesia akan tumbuh sebesar 5,06% pada tahun 2024. Keyakinan tersebut didasarkan pada indikator big data seperti Indeks Konsumsi Mandiri yang menunjukkan belanja pemerintah relatif stabil pada kuartal III tahun 2024,” jelasnya. Eka, Mandiri Economic Outlook, Kamis (26/9/2024).

Ia menjelaskan, pola konsumsi disebabkan oleh perubahan gaya hidup, terutama pada kelompok usia muda. Menurutnya, pemuda menjadi penggerak penting pembangunan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Lebih khusus lagi, Eka mencontohkan pertumbuhan industri terkait mobilitas, hotel dan restoran, transportasi, serta jasa lainnya seperti jasa pergudangan dan hiburan.

Pada saat yang sama, sektor manufaktur yang merupakan program hilir industri logam dasar terus tumbuh pada tingkat yang tinggi. Menurut dia, beberapa sektor produksi yang fokus pada pasar dalam negeri tumbuh relatif baik, yaitu industri makanan dan minuman serta industri kimia dan farmasi.

Namun, sektor manufaktur yang berorientasi ekspor seperti pakaian jadi, perangkat keras, kayu dan elektronik mengalami tekanan karena melemahnya permintaan dari negara-negara berorientasi ekspor. Ke depan, kami memperkirakan sektor manufaktur yang berorientasi ekspor akan membaik. Perekonomian global akan membaik setelahnya. masa suku bunga tinggi,” ujarnya. pungkas Eka.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA