Bisnis.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) mencapai $18,74 miliar atau Rp304,4 triliun (pasar saham Rp16.200) pada Mei 2024. Angka tersebut meningkat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar US$ 13,99 miliar, meningkat secara year-on-month sebesar 34,21%.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, posisi ULN BI meningkat 102,67% dari USD 9,26 miliar pada Mei 2024. Peningkatan ini berarti total utang luar negeri Indonesia tumbuh sebesar 1,8 persen setiap tahunnya hingga mencapai $407,3 miliar.

Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menjelaskan peningkatan ULN BI hingga Mei 2024 terutama disebabkan oleh meningkatnya kepemilikan asing atas Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang penyewaannya berjangka pendek atau maksimal satu tahun.

Untuk menjaga stabilitas rupee, BI menempuh berbagai strategi kebijakan moneter, termasuk memfasilitasi pasokan SRBI. Untuk menarik masuknya modal asing, BI menawarkan suku bunga atau imbal hasil SRBI yang lebih tinggi.

Joshua menilai kebijakan SRBI membantu menstabilkan rupiah dan cadangan devisa Indonesia. Menurut dia, risiko peningkatan ULN BI yang signifikan dapat dimitigasi karena SRBI akan menggunakan aset berupa Surat Berharga Negara (SBN) BI yang memiliki jangka waktu panjang dan tingkat kupon yang tinggi.

“Peningkatan imbal hasil SRBI ini dapat diimbangi dengan imbal hasil SBN jangka panjang yang juga lebih tinggi,” kata Josua.

Ia menambahkan, dengan adanya kemungkinan peningkatan penurunan suku bunga global dan semakin menariknya pasar SBN bagi investor asing, maka SRBI dapat menerapkan exit strategi dengan mengurangi frekuensi lelang secara bertahap.

Dengan begitu, transisi akan lancar dan rupiah tetap stabil, kata Joshua.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel