Bisnis.com, TANGERANG – Produsen mobil China melaporkan peningkatan pendapatan dari setiap penjualan mobil listrik atau electric vehicle (BEV), meski model asal dalam negeri sudah membanjiri pasar.

Sementara itu, pabrikan asal China berhasil melalui berbagai model dengan tipe BEV berbeda dalam kehidupan pasar mobil Indonesia.

Wakil presiden Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM), Wang Yao mengatakan bahwa sebagian besar pabrikan menghadapi penurunan pendapatan yang stabil dari setiap segmen kendaraan. Hal ini disebabkan persaingan yang ketat, sehingga setiap produsen berusaha memberikan nilai tambah pada teknologinya. 

Ia menjelaskan, kemajuan teknologi elektrifikasi dan kecerdasan buatan (AI) telah memaksa negara lain untuk mengadopsi kendaraan listrik. Dampaknya, produsen akan menaikkan biaya produksi. 

“Kami mengubah fokus dari teknik mesin ke teknik kelistrikan dan perangkat lunak dan AI,” ujarnya pada Gaikindo International Automotive Conference di ICE BSD Tangerang, Selasa (23/7/2024).

Yao mengatakan bahwa pendapatan dapat berasal dari lalu lintas yang menggunakan aplikasi, dengan peningkatan pendapatan dari biaya aplikasi dan layanan lainnya.

Misalnya saja Tesla melalui Robotaxi menerima keuntungan dari penjualan produknya, serta pendapatan dari pelanggan yang menggunakan layanan yang diberikan.

Dalam kasus Tesla, perusahaan Elon Musk mampu meraih nilai penjualan tinggi dari satu produk, yakni 10 kali lipat dari Toyota.

Kemudian dia mengatakan bahwa industri mobil China sedang mencoba membuat mobil listrik di rumah. Hal ini dilakukan dengan mengurangi biaya pemrosesan tabel, dan melakukan pertukaran data.

“Bukan hanya di Tiongkok tapi di seluruh dunia karena bukan hanya layanan mobil otonom dan cerdas saja yang membutuhkan data,” katanya.

Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Channel WA