Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Industri Olefin dan Plastik Aromatik Indonesia (Inaplas) menilai target swasembada bahan baku plastik petrokimia pada tahun 2025 dipastikan akan gagal. 

Wakil Ketua Umum Inaplas Budi Susanto Sadiman mengatakan serbuan bahan baku dan produk jadi plastik menjadi biang keladi runtuhnya kemandirian petrokimia nasional.

“Industri petrokimia Indonesia terkena dampak membanjirnya bahan baku plastik impor, terutama dari Thailand, Vietnam, Malaysia, China, Korea Selatan, dan Timur Tengah, yang juga berdampak pada industri turunannya,” ujarnya. kata Budi Inapla di ruang kerjanya, Kamis (18/07/2024).

Membanjirnya impor dari negara-negara tersebut membuat iklim usaha dalam negeri kurang kondusif. Hal ini semakin diperumit dengan aturan relaksasi impor yang diadopsi melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 8/2024.

Peraturan Menteri Perdagangan 8/2024 yang memberikan relaksasi impor barang sejenis produk lokal dari luar negeri menurunkan minat berinvestasi di Indonesia.

Selain itu, jika impor bahan mentah dan barang jadi terus membanjiri pasar dalam negeri, banyak pabrik plastik akan tutup, sehingga merugikan industri hilir seperti makanan dan minuman, peralatan rumah tangga, mobil, tekstil, dan lain-lain.

“Saat ini produk LLDPE sudah memenuhi kebutuhan nasional, dan PP homopolymer akan segera memenuhi kebutuhan nasional, dan pada tahun 2026 juga akan diproduksi oleh Lotte Chemicals dan Polytama,” ujarnya.

Kurangnya pengendalian impor menyebabkan pada tahun 2030 Indonesia bisa mengimpor sekitar 4 juta ton bahan baku plastik jika tidak ada tambahan kapasitas baru.

Menurut laporan Kementerian Perindustrian, beberapa proyek industri kimia di Indonesia pada tahun 2030 total nilai investasinya mencapai 31,415 juta.

Sedangkan investor tersebut antara lain PT Chandra Asri Perkasa, PT Lotte Chemical Indonesia, PT Sufindo Adiusaha, Proyek TPPI Tuban Olefin, dan Proyek GRR Tuban.

“Rencana investasi yang diharapkan Indonesia pada akhirnya mampu mencapai swasembada industri petrokimia tentu akan tertunda atau bahkan ambruk akibat membanjirnya impor sehingga berdampak pada rencana investasi yang harus ditunda dan direvisi,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel