Bisnis.com, Jakarta – Gabungan Industri Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) meyakini peningkatan investasi pada industri logam dasar, barang logam, non mesin dan peralatannya dapat meningkatkan produktivitas sektor turunannya. 

Ketua Umum Gamma Jenderal Dadang Askin mengatakan, peningkatan investasi di sektor tersebut tidak lain merupakan program dampak dari industri pertambangan yang mengolah mineral mentah menjadi bahan baku industri metalurgi.  

“Secara umum dengan peningkatan investasi maka akan semakin banyak proyek infrastruktur dan produksi yang membutuhkan produk dan jasa dari sektor logam,” kata Dadang kepada Bisnis, Rabu (16/10/2024). 

Ia juga berharap dengan adanya program lanjutan ke depan, industri lokal dapat berkontribusi lebih besar untuk mendukung program tersebut dan menjadikan industri logam dan engineering dalam negeri mandiri. 

Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, pemulihan investasi produksi logam primer mencapai Rp178,04 triliun pada periode Januari-September 2024 atau menyumbang 14,11 persen dari total capaian Rp1.261 triliun. 

Keuntungan investasi produksi logam dasar periode ini meningkat menjadi Rp 146 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Industri ini masih menduduki puncak daftar penerimaan investasi terbesar di Indonesia. 

Dadang menilai pertumbuhan investasi logam dasar tidak terlepas dari permintaan global yang mulai pulih. Perkembangan industri otomotif, termasuk meningkatnya tren kendaraan listrik (EV), konstruksi dan infrastruktur yang menggunakan baja dan paduan logam lainnya, serta sumber energi terbarukan, meningkatkan permintaan akan peralatan berbahan logam.

Insentif investasi dari pemerintah seperti pengurangan pajak dan dukungan proyek infrastruktur yang dapat menurunkan biaya logistik, serta dukungan pemerintah terhadap utilitas dan pelayanan publik seperti peningkatan harga energi yang menarik dan regulasi perizinan yang semakin komprehensif, ujarnya, dapat menarik minat investor. 

Namun, mereka khawatir konflik Rusia-Ukraina dan eskalasi konflik di Timur Tengah saat ini dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi global yang dapat mengganggu permintaan global, sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam perencanaan investasi. 

Ia menjelaskan, gangguan rantai pasok, terbatasnya akses pasar, kenaikan biaya operasional, kenaikan harga energi juga akan menjadi faktor yang mempengaruhi aktivitas investasi. 

Dadang meyakini bahwa mengatasi kendala-kendala tersebut memerlukan strategi yang kuat, termasuk melakukan diversifikasi sumber bahan baku, membangun hubungan yang lebih kuat dengan pemasok, dan beradaptasi dengan perubahan pasar global.

Sementara itu, situasi politik di negara ini membuat para pelaku industri logam dan teknik menunggu konfirmasi bahwa kabinet presiden terpilih akan memiliki agenda berkelanjutan yang akan mengarah pada pertumbuhan industri. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel