Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada level 7.653,07 atau lebih tinggi 0,48% pada akhir sesi I perdagangan Rabu (4/9/2024).
IHSG menghijau setelah dibuka pada awal perdagangan hari ini. Pada sesi pertama, IHSG bergerak pada level 7546.05-7670.18.
Penguatan IHSG disebabkan oleh kenaikan harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) menguat 6,59% atau 675 poin ke Rp 10.925.
Selain itu, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tabak. (BMRI) menguat 0,71% ke Rp 7.125, saham PT Bank Asia Central Asia Tbk. (BBCA) menguat 0,49% menjadi Rp 10.225 dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) naik 0,23% ke Rp 10.675 per saham.
Di sisi lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) lemah dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,97%, 0,93% dan 0,28%.
Tim riset CGS International Sekuritas Indonesia menyatakan, melemahnya indeks di Wall Street Stock Exchange secara signifikan dan turunnya harga banyak barang diperkirakan menimbulkan sentimen negatif pada indeks harga saham tersebut.
Tim Riset Sekuritas Internasional CGS mengatakan, IHSG diperkirakan masih melemah dengan kisaran support 7530-7445 dan resistance 7705-7790.
Valdi Kurniawan, Kepala Riset Phintraco Sekuritas, menjelaskan sentimen IHSG juga didorong oleh defisit perdagangan AS yang diperkirakan melebar dari $73,1 miliar pada Juni 2024 menjadi $78,9 miliar pada Juli 2024.
Kondisi tersebut diperkirakan akan semakin melemahkan indeks dolar di tengah ekspektasi penetapan suku bunga acuan Federal Reserve di FOMC pada 17-18 September 2024.
Gagasan lain yang dapat menguntungkan Indonesia dalam jangka pendek adalah penurunan harga minyak secara signifikan. Kondisi tersebut diperkirakan akan berdampak pada menurunnya nilai ekspor Indonesia. Kondisi tersebut mampu menopang nilai tukar rupiah di kisaran Rp 15.500 per dolar AS.
Ia juga mengatakan dalam beberapa hari ke depan akan dipublikasikan data indeks sektor jasa Amerika Serikat, Eropa, dan China. Secara umum, indeks sektor jasa bergerak berlawanan arah dengan indeks manufaktur di negara-negara tersebut.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel