Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Ketua Badan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan hilirisasi nikel menjadi alasan Uni Eropa menggugat Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Bahlil mengatakan negara-negara Eropa tidak ingin Indonesia menjadi produsen baterai kendaraan listrik.
“Sepertinya saya baru mengetahui bahwa inilah alasan Eropa membawa kita ke WTO. “Mereka tidak ingin Indonesia menjadi produsen batu terbesar di dunia,” kata Bahlil di YouTube Kementerian Investasi, Kamis (7/11/2024)).
Setelah Bahlil mengetahui alasan klaim Uni Eropa terhadap WTO, ia segera melakukan perlawanan ke pengadilan bersama departemen terkait lainnya.
“Dan begitu saya dapat, saya lawan dengan koordinator menteri, kami bekerja sama dengan semua kementerian,” ujarnya.
Di sisi lain, meski ada gugatan Uni Eropa di WTO yang melarang izin ekspor nikel, Indonesia justru berhasil mengajak perusahaan asal Korea Selatan bernama LG untuk berinvestasi di lingkungan aki mobil.
Berkat kerja sama tersebut, Bahlil mengatakan dunia semakin takut dengan Indonesia karena berhasil membuka pabrik.
Tapi saya sampaikan kepada teman-teman, pemerintahan menteri lain di negara lain, saya mohon maaf kepada penguasa, saat ini pemerintahan Pak Jokowi, menteri-menterinya tidak bisa dibodohi, ujarnya.
Seperti disampaikan sebelumnya, pemerintah Indonesia terus mendukung semangat pengurangan, mulai dari nikel dan produk lainnya. Perdagangan di pasar hilir diperkirakan akan terus tumbuh signifikan pasca mundurnya pemerintahan Jokowi.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat membuka Rakernas Gamki di Medan, Sabtu (19/08/2023). Menurut dia, aliran ke bawah memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dan menguntungkan negara.
“Pemimpin masa depan harus berani melanjutkan ini meski ada kemungkinan digugat di dunia WTO [Organisasi Perdagangan Dunia]], didukung IMF [Dana Moneter Internasional], mereka bisa membawa negara lain, bukan kembali. turun!” kata Jokowi, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (20/08/2023).
Presiden ke-7 pemerintah Indonesia ini juga mengatakan, jika tidak ada ekspor produk berbahaya dan terlantar, maka Indonesia tidak akan menjadi negara maju. Jika kebijakan ini tidak dilanjutkan, Jokowi khawatir Indonesia akan mengalami kerugian lebih lanjut.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel