Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia baru saja menandatangani izin impor mobil listrik full built (CBU) dari BYD. Sedangkan merek asal China ini belum mengirimkan unit sama sekali.

Bahlil menjelaskan, merek yang ingin mendapatkan keringanan bea masuk untuk mengimpor CBU harus menyampaikan presentasi nilai investasi, jangka waktu investasi, dan kapasitas produksi.

“Baru minggu lalu saya menandatangani rekomendasi izin impor [BYD],” ujarnya, Selasa (11/8/2024) di Kompleks Parlemen.

Menurut dia, rekomendasi impor CBU tersebut dibuat berdasarkan proses realisasi investasi yang sedang berjalan. Selain itu, jumlah impor yang dilakukan BYD sekitar 10-20% dari total kapasitas produksi.

“Sekarang kami kasih dia sekitar 10-20% dari total kapasitas produksi, tapi saya sudah tanda tangan [izinnya],” ujarnya.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya juga sempat membocorkan investasi BYD diperkirakan mencapai US$1,3 miliar atau setara Rp 20,33 triliun (tukar Rp 15.639).

Selain itu, pabrik BYD berkapasitas produksi 150.000 unit dengan tiga model mobil listrik yakni Dolphin, Atto3, dan Seal.

Salah satu sales BYD dari jaringan dealer Haka Cibubur mengatakan, pesanan selama IIMS 2024 baru bisa dikirimkan pada tahun 2024. Akhir Juni. Sementara itu, pesanan yang dilakukan setelahnya baru akan dikirim sekitar tahun 2024. Juli Agustus

“Kemarin tidak ada pengiriman sama sekali karena unitnya masih CBU. Nanti antriannya dulu, selanjutnya batch pertama akan dikirim pada minggu ketiga bulan ini,” ujarnya saat ditemui, Selasa (06/04/2021). 2024 ) dipenuhi oleh Bisni.

Sedangkan BYD sudah memiliki dua mitra jaringan distribusi – Arista dan Haka. Menurut penjualnya, antrian unit di Arista hampir 5.000 unit, dan di Haka sekitar 1.000 unit.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel