Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional Dadan Hindayana mengomentari perdebatan penggunaan susu ikan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program makan siang gratis yang dicanangkan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Dadan menegaskan, pemerintah saat ini belum berencana menjadikan susu ikan sebagai alternatif program Makan Gratis Bergizi (MBG).
“Saya tidak tahu siapa yang membicarakannya. “Kita belum ke arah itu,” kata Dadan kepada awak media saat ditemuinya di Gedung Parlemen, Selasa (10 September 2024).
Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan adanya sejumlah alternatif selain program susu gratis. “Semuanya pasti akan kita atur, mana yang bagus.”
Direktur Eksekutif ID Food Suster Apik Wijayanto sebelumnya mengungkapkan, pihaknya berencana membangun mega farm untuk mendukung program susu gratis yang dicanangkan Prabowo. Pihaknya kini sedang mengkaji rencana tersebut, termasuk dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat.
“Proyeknya tidak bisa cepat, jangka panjang, sekarang sedang dikaji manfaat ekonominya bagi perekonomian dan manfaatnya bagi masyarakat,” jelas Suster Apik di Gedung Parlemen, Rabu (4 September 2024).
Rencananya mega farm tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 300-400 hektare milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Subang, Jawa Barat. Namun Suster Apik belum bisa memastikan total produksi susu di peternakan ini karena belum diteliti lebih lanjut.
Selain itu, Suster Apik memperkirakan pengadaan susu dari mega farm ini kemungkinan baru bisa dilakukan dalam 2-3 tahun ke depan. Oleh karena itu, menurutnya, harus ada alternatif lain pengganti susu sapi untuk memenuhi kebutuhan program susu gratis.
“Mungkin ada produk alternatif yang bisa menggantikan susu sapi.” “Semuanya sedang dikaji, misalnya ada susu ikan, ada susu ikan yang diperkenalkan kemarin,” ujarnya.
Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meluncurkan produksi susu ikan pertama di Indonesia pada tahun 2023. Susu ikan ini merupakan hasil kemitraan Koperasi Perikanan Mina Bahari (Indramayu) dan PT Give Teknologi Indonesia sebagai bagian dari program lanjutan penguatan produk bahan baku unggulan daerah.
“Introduksi susu ikan akan meningkatkan daya saing produk perikanan baik di dalam negeri maupun global,” kata Trenggono dalam keterangan resminya.
Trenggono mengatakan produk ini merupakan inovasi yang memadukan manfaat protein ikan bagi kesehatan dengan diversifikasi produk olahan sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk sejalan dengan program prioritas KKP.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, menambahkan pengolahan lebih lanjut produk perikanan berupa susu ikan sangat penting untuk meminimalkan impor sekaligus menunjukkan kemampuan Indonesia dalam mengolah sumber daya lokal menjadi produk bernilai tambah yang juga sangat hemat biaya. efektif. Nilai.
“Bagian hilir yang berbasis ikan ini perlu dikembangkan. Indonesia mempunyai ikan, rumput laut, kelapa sawit, kelapa, umbi-umbian dan berbagai sumber daya alam lainnya. Ini semua yang akan menjadi hilir dan dimulai di Indramayu,” kata Teten.
CEO PT Give Teknologi Indonesia Yogi Aribawa Krisna mengatakan, inisiatif produksi hidrolisat protein ikan ini sudah berjalan sejak tahun 2016 dan pihaknya mulai menyiapkan desain teknisnya di Bekasi pada tahun 2020. Selanjutnya pembangunan pabrik dan pemasangan mesin dilanjutkan di Indramayu.
Yogi mengatakan, pabrik tersebut berada pada posisi stabil untuk produksi dalam negeri setelah mendapat Sertifikat Kelayakan Produksi (SKP) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Dengan adanya sertifikat ini, kami mulai memproduksi susu ikan kerjasama B-B,” kata Yogi.
Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel