Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memperpanjang kebijakan pengenaan tarif pelindung impor (BMTP) terhadap impor tekstil, karpet, dan produk tekstil lainnya selama 3 tahun dengan menerbitkan Undang-Undang Menteri Keuangan (PMK) No. 48/2024 dan PMK No. 49/2024.
Kepala Pusat Kebijakan Keuangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menjelaskan pertumbuhan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) belum kembali seperti sebelum krisis. permintaan dari pasar dalam dan luar negeri. Pada saat yang sama, industri TPT semakin kompetitif dengan luar negeri.
Oleh karena itu, Febrio mengatakan penyerapan tenaga kerja di sektor TPT akan menurun dari 3,98 juta pada tahun 2023 menjadi 3,87 juta pada tahun 2024. Di saat yang sama, industri TPT Indonesia juga menghadapi permasalahan di dalam negeri akibat meningkatnya impor. , terutama dari Tiongkok.
“Pemerintah terus memantau situasi ini dan memberikan solusi untuk mendorong pemulihan bisnis dasar industri TPT dalam jangka panjang,” kata Febrio, Kamis (8/8/2024).
Menurut dia, penyusunan kedua PMK tersebut melibatkan seluruh pemangku kepentingan seperti kementerian/lembaga, organisasi dan pelaku usaha, serta perwakilan negara mitra dagang sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional sejalan dengan ketentuan tindakan safeguard perdagangan. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Selain kebijakan trade remedial, Febrio menjelaskan pemerintah juga ingin mendorong transformasi industri TPT dengan menawarkan berbagai kebijakan seperti insentif finansial seperti pembebasan pajak, subsidi pajak, pengurangan kerajinan tangan, serta penelitian dan pengembangan (R&D). ), insentif daerah seperti kawasan ekonomi khusus/bagian obligasi dan pajak anti dumping (BMAD).
Dengan cara ini, ia yakin produk tekstil lokal dapat memperoleh manfaat dari rantai pasokan global dan menghasilkan nilai lebih serta daya saing industri di dalam negeri.
Sebagai informasi, maraknya kasus kebangkrutan (PHK) di industri TPT belakangan ini. BPJS Ketenagakerjaan misalnya, mengungkapkan sekitar 46.001 peserta dari industri garmen dan tekstil tidak lagi berpartisipasi karena adanya PHK massal.
Direktur Eksekutif BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo saat diwawancarai Komisi IX DPR pada Selasa (2/7/2024) mengatakan, peserta aktif di berbagai sektor seperti garmen dan tekstil terus mengalami penurunan. Dari Januari 2023 hingga Mei 2024.
Dalam laporan Anggoro, peserta aktif di sektor industri pakaian jadi mengalami penurunan sebesar 4,27% sejak Januari 2023 hingga Mei 2024 atau berkurang sebanyak 24.996 peserta pada periode tersebut.
Dengan penurunan tersebut, peserta aktif sektor ini tercatat per data Mei 2024 sebanyak 559.869 peserta dari peserta pertama sebanyak 584.865 peserta pada Januari 2023.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel