Business.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi akan melambat dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2024. 

Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edi Mehmood mengatakan pertumbuhan industri ini melambat setiap triwulan dan setiap tahun. 

“Untuk tekstil dan sandang pada triwulan II 2024 terkontraksi -0,03% [y/y], jadi terkontraksi, tapi kalau dilihat ukurannya masih kecil,” kata Eddy, Senin (8/5). . ).

Memang pada kuartal I-2024, industri yang saat ini dilanda PHK dan penutupan pabrik masih menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,64% year-on-year. Namun kontrak pada triwulan II 2024 masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni kontrak year on year -1,70%. 

Secara triwulanan, industri TPT mencatatkan penurunan sebesar -2,63% qtq pada QII/2024 atau tumbuh positif sebesar 5,92% dibandingkan periode sebelumnya. 

Salah satu penyebab menurunnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93 persen pada triwulan II 2024 adalah lemahnya industri pakaian jadi atau pertumbuhan year-on-year sebesar 5,22 persen. Selama tahun lalu. 

“Harga konsumen lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara beberapa komoditas seperti pakaian dan transportasi mencatat pertumbuhan selama setahun terakhir,” jelasnya. 

Laporan BPS juga menyebutkan, perlambatan industri garmen merupakan salah satu sektor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

Sebab, pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama PDB. Seperti diketahui, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam tiga triwulan terakhir selalu di bawah 5%. 

“Yo-y, subsektor seperti subsektor pakaian jadi, alas kaki dan jasa perawatan, subsektor kesehatan dan pendidikan, serta transportasi dan komunikasi dan lainnya mengalami perlambatan,” jelas Eddy.  Pemecatan massal

Berdasarkan data yang dihimpun Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPN) hingga Juni 2024, terdapat sekitar 13.800 pekerja tekstil yang terkena PHK karena inefisiensi dan penutupan pabrik. Sebanyak 10 pabrik telah ditutup. 

Sementara enam pabrik diketahui tutup, yakni PT S Dupantex di Jawa Tengah (700 pekerja yang di-PHK), PT Alenatex di Jawa Barat (700 pekerja yang di-PHK), PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah (500 pekerja yang di-PHK), PT Kusumaputra Santosa di Jawa Tengah (400 pekerja di-PHK). 

Kemudian PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah (PHK 700 orang) dan PT Sai Apparel di Jawa Tengah (PHK 8.000 orang). Ada juga pabrik tekstil yang meningkatkan efisiensi pekerja.  

Sementara sejumlah pabrik yang masih beroperasi namun melakukan PHK pada awal tahun ini, yakni PT Sinar Panka Jaya di Semarang yang jumlah PHK mencapai 2.000 hingga Juni 2024. 

Sedangkan PT Bitratex di Semarang yang melakukan PHK sebanyak 400 orang, PT Johartex di Magelang yang melakukan PHK 300 orang, dan PT Pulomas di Bandung yang melakukan PHK 100 orang.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel