Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mengungkap sejumlah faktor penyebab lambatnya impor gula.

Pakar AGI Yadi Yusriadi mengatakan salah satu penyebab realisasi impor gula tahun ini cenderung lambat karena harga gula di pasar internasional masih tinggi. Ia mengatakan rata-rata harga gula di pasar internasional masih berkisar 20 sen AS per pon.

Penurunan nilai tukar rupee terhadap dolar AS juga dinilai semakin menghambat pengadaan gula impor. Dia mengatakan, melemahnya nilai tukar rupee juga membuat impor gula menjadi tidak menarik dari sudut pandang bisnis.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan importir urung melakukan impor meski telah mendapat izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).

“Kalau dihitung-hitung, ada beberapa perusahaan yang rugi jika mengimpor gula,” kata Yadi, Senin (27/5/2024) saat ditanya.

Di sisi lain, Indonesia juga kini telah memasuki musim giling tebu yang diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2024. Pasokan gula dari dalam negeri diperkirakan melimpah sehingga opsi impor kurang tepat.

“PG-PG [pabrik gula] sudah mulai menggiling, pasokan gula sangat mencukupi. Jadi tidak baik jika masih ada gula impor yang masuk untuk dikonsumsi,” kata Yadi.

Sebelumnya, Direktur Bahan Pokok dan Barang Penting Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Bambang Wisnubroto mengatakan, hingga 27 Mei 2024, pihaknya telah memberikan persetujuan impor gula setara gula pasir putih (GKP) sebanyak 529.550 ton. . ). . Dari sisi jumlah izin impor, realisasinya hanya mencapai 380.240 ton GKP atau setara 71,8% dari izin yang diterbitkan.

Pemerintah menetapkan kebutuhan impor gula konsumsi pada tahun 2024 sebesar 708.609 ton setara GKP. Mayoritas impor gula meja berasal dari Thailand dan Brazil.

Terungkap pula, ada tiga perusahaan yang mendapat surat teguran dari Kementerian Perdagangan karena belum melakukan impor gula meski sudah mendapat izin.

Ketiga perusahaan tersebut antara lain PT Sukses Mantap Sejahtera, PT Gunung Madu Plantations, dan PT Pemukasakti Manis Indah. Kementerian Perdagangan mengeluarkan surat peringatan pada 30 April 2024.

“Kami telah mengeluarkan surat teguran kepada 3 importir yang mendapat izin impor Gula Pasir Mentah [GKM] untuk diolah menjadi Gula Pasir Putih, yang sama sekali tidak merealisasikan impornya hingga April 2024,” kata Bambang dalam rapat pengendalian inflasi setempat. Senin (27/5/2024). 

Impor gula periode 1 akan dilakukan hingga tanggal 31 Mei 2024 dan setelah musim giling tebu akan dimulai pada akhir Mei hingga Oktober 2024. Selain itu, impor gula periode kedua akan dilanjutkan pada bulan November 2024 setelah musim tepung tebu. berakhir.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel