Bisnis.com, Jakarta – Direktur Utama Badan Asuransi Nasional atau BPGS Kesehatan, Ali Ghafroon Mukti mengungkapkan keadaan aset Dana Jaminan Kesehatan Nasional (DGS) setelah dukungan BPGS terhenti karena 4 tahun tidak ada perubahan.

Per 31 Desember 2023, kekayaan bersih DJS Health sebesar Rp56,66 triliun. Sementara itu, pendapatan bantuan kesehatan DJS mencapai Rp151,59 triliun, lebih kecil dibandingkan beban jaminan kesehatan yang mencapai Rp158,85 triliun. 

“Tadi surplus aset kita tadi Rp56 triliun, sekarang sekitar Rp55 triliun. Karena jasanya [pembayaran klaim] lebih dari 100% jumlah [iuran] yang terkumpul. Tabungannya hilang,” kata Jofron saat ditemui. . Jakarta, Rabu (25/9/2024).

Meski pendapatan iuran pada tahun 2023 akan lebih kecil dibandingkan biaya asuransi kesehatan, namun pendapatan DSS Health juga ditopang oleh pendapatan investasi sebesar Rp5,71 triliun, naik dari tahun 2022 sebesar Rp2,88 triliun. 

Selain itu, pada akhir tahun 2022, kekayaan bersih DJS Health mencapai Rp 56,50 triliun. Ghafron meyakinkan, dana BPGS kesehatan saat ini masih aman.

“Tetapi ke depan, suatu saat saja tidak akan cukup. Jadi sekarang kita harus melihat dan memikirkannya bersama-sama agar bisa berkelanjutan,” kata Joffron.

Jaffron mengaku pihaknya tidak bisa hanya mengandalkan hasil investasi untuk menutupi besaran klaim asuransi kesehatan yang ditanggung BPGS Kesehatan. Di sisi lain, pemerintah menunda revisi bantuan BPJS kesehatan selama 4 tahun terhitung sejak 1 Juli 2020.

Situasi ini menjadi lebih sulit ketika terjadi inflasi medis. Menurut perkiraan Mercer Marsh Benefits (MMB) Healthcare Trends 2024, inflasi medis di Indonesia masih sebesar 13% pada tahun 2024.

“Sesuai aturan hukum [donasi bisa disesuaikan], dan kalau dilihat inflasi kesehatan setiap tahunnya jauh lebih tinggi dari inflasi normal. Itu 4 tahun [donasi] tidak disesuaikan,” kata Joffron.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel