Bisnis.com, Jakarta – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) akan menggugat Boeing Co. Dituduh melakukan penipuan dalam dua kecelakaan fatal, Boeing harus memutuskan apakah akan mengaku bersalah atau diadili.

Boeing diberi waktu hingga akhir pekan ini untuk memutuskan sikapnya terhadap tuduhan tersebut, menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya. Informasi tersebut disampaikan kepada keluarga korban jatuhnya 737 Max beserta kuasa hukumnya dalam pertemuan, Minggu (30/6/2024). 

Departemen Kehakiman AS telah menuntut agar Boeing membayar denda tambahan sebesar US$243,6 juta di luar US$243,6 juta yang telah dibayarkan berdasarkan perjanjian penuntutan yang ditangguhkan pada tahun 2021. 

Alhasil, total dendanya mendekati US$ 500 juta atau sekitar 8 triliun. Selain itu, Boeing diharuskan mempekerjakan supervisor perusahaan dalam waktu tiga tahun.

Tinjauan kontrak

Pejabat dari divisi penipuan Departemen Kehakiman dan kantor pengacara AS untuk Distrik Utara Texas menghadiri pertemuan hari Minggu, menurut email yang dilihat oleh Bloomberg.

Paul Cassel, pengacara keluarga korban kecelakaan, mengkritik permintaan Departemen Kehakiman terhadap Boeing sebagai “kesepakatan manis”. 

“Kesepakatan tersebut sama sekali tidak mengakui bahwa kejahatan yang dilakukan Boeing telah menewaskan 346 orang,” jelasnya melalui email, seraya menambahkan bahwa pihak keluarga dengan tegas menolak kesepakatan pembelaan tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (1/7).

Denda yang diminta oleh Departemen Kehakiman kurang dari $25 miliar yang diminta oleh keluarga korban, dan $14 miliar hingga $22 miliar dapat ditangguhkan jika Boeing menggunakan dana tersebut untuk memantau perusahaan independen dan meningkatkan program keselamatannya.

Departemen Kehakiman dan Boeing menolak berkomentar. 

Sebelumnya, Boeing diketahui sedang melakukan pembicaraan dengan Departemen Kehakiman untuk menyelesaikan tuduhan terkait kecelakaan tersebut, termasuk penunjukan pengawas perusahaan.

Pengakuan bersalah atas tuntutan pidana ini merupakan titik terendah dalam sejarah Boeing selama satu abad, yang dulu dikenal karena budayanya yang berhati-hati dan terus terang. Hal ini juga mengancam kontrak pemerintah AS karena pendapatan dari bisnis komersial Boeing menurun.

Hal ini terjadi setelah terjadi insiden di pesawat Boeing yang dioperasikan oleh Alaska Airlines Inc. Pada bulan Januari 2024, empat baut pengaman hilang, sehingga mengungkap serangkaian masalah kualitas di perusahaan dan memicu berbagai penyelidikan.

Setelah kecelakaan itu, saham Boeing anjlok untuk tahun ketiga. Perusahaan memperkirakan akan menghabiskan hampir $8 miliar uang tunai pada paruh pertama tahun 2024 karena perlambatan manufaktur. Federal Aviation Administration (FAA) mengendalikan produksi 737 Max dan meminta rencana komprehensif untuk mengatasi masalah kualitas di pabriknya.

Pada saat yang sama, Boeing sedang mengalami perombakan kepemimpinan saat mencari CEO baru untuk menggantikan Dave Calhoun, yang berencana mengundurkan diri pada akhir tahun 2024.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel