Bisnis.com, JAKARTA – Peluang bursa emiten terkait konglomerat Prajogo Pangestu akan tertutup pada akhir tahun 2024. Nilai saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) menyalip posisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mulai 27 September 2024.
Grafik pasar utama Mirae Asset Securitas Nafan Aji Gusta mengatakan, kenaikan kapitalisasi pasar TPIA belakangan ini disebabkan oleh akumulasi pembelian dari investor asing.
Sementara itu, kata Nafan, belakangan ini harga minyak mentah sebagai bahan bakar utama industri petrokimia sedang naik. Situasi ini pun menumbuhkan perasaan baik terhadap Chandra Asri.
“Pastinya pasar TPIA mampu berkinerja baik dibandingkan pasar BBRI karena kenaikan harga TPIA juga sama,” kata Nafan, Minggu (29/9/2024).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 27 September 2024, kapitalisasi pasar TPIA mencapai Rp 768 triliun atau berbobot 5,96% di indeks komposit.
Kapitalisasi pasar TPIA berdasarkan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengungguli BBRI di peringkat keempat, BBRI kini berada di angka Rp 765 triliun atau berbobot 5,94%.
Dengan demikian, TPIA menempati peringkat ke-3 emiten dengan indikator terbesar di pasar modal, satu tingkat di bawah PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dengan nilai pasar Rp 960 triliun dengan bobot 7,46%.
“Kenaikan harga saham TPIA ini turut mendorong tumbuhnya pasar TPIA,” ujarnya.
Hingga akhir perdagangan Jumat (27/9/2024), saham TPIA turun 275 poin di Rp 8.875 per saham.
Namun harga saham TPIA naik 246,68% atau 6.315 poin secara year-to-date atau year-to-date.
Dengan dana yang dimiliki saat ini, TPIA mampu menghimpun omzet Rp 68,24 miliar dengan 7,62 juta lembar saham. Sedangkan laba per saham (PER) TPIA tercatat minus 492,71 kali.
Meski kapitalisasi pasar TPIA meningkat, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Haer mengatakan hingga akhir kinerja saham afiliasi Prajogo Pangestu lainnya seperti BREN, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) berbeda. dari tahun ini.
Miftahul misalnya, menilai kinerja BREN akan cenderung menurun seiring dengan rendahnya pertumbuhan laba bersih.
Meski ada potensi pertumbuhan pasca penemuan Sidrap I di masa lalu, namun kinerja secara keseluruhan masih dipengaruhi oleh volatilitas pasar energi terbarukan, kata Miftahul saat dihubungi.
Selain itu, Miftahul menambahkan, aktivitas BRTT akan terdampak oleh perubahan harga petrokimia dan permasalahan di sektor energi.
Di sisi lain, tambahnya, aktivitas CUAN akan terus tumbuh relatif melalui diversifikasi usaha ke sektor teknik, konstruksi, pertambangan, dan jasa. Ia mengatakan, cara mengakuisisi perusahaan CUAN dalam jumlah besar turut meningkatkan pendapatan perseroan pada semester kedua tahun ini.
“Peningkatan efisiensi yang tercermin pada peningkatan laba kotor dan laba operasional juga berkontribusi terhadap peningkatan kinerja CUAN,” ujarnya.
Prediksi Chandra Asri untuk paruh kedua tahun 2024
TPIA menilai kinerja keuangan perseroan hingga akhir tahun 2024 positif setelah mencatatkan rugi bersih pada paruh pertama tahun ini.
Konglomerat produsen Prajogo Pangestu memperkirakan permintaan produk petrokimia masih tinggi pada paruh kedua tahun ini.
“Pada tahun ini, kami juga berharap pekerjaan Turnover Maintenance (TAM) yang baru saja selesai dapat meningkatkan kinerja dan keandalan pabrik kami secara menyeluruh,” kata Direktur Sumber Daya Manusia dan Bisnis TPIA Suryandi, Minggu (29/9/2024). ).
Menurut Suryandi, selesainya operasional TAM akan mendukung rencana pengembangan dan ekspansi bisnis perseroan ke depan.
Namun, menurut dia, industri petrokimia dalam negeri mengalami tekanan akibat ketidakpastian situasi pasar global dan situasi geopolitik yang akhir-akhir ini memberikan tekanan pada margin perseroan.
“Tahun ini kami menambah bisnis energi dan infrastruktur untuk mendukung strategi pertumbuhan dan operasional perusahaan,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kerugian TPIA pada semester I/2024 melebar hingga USD 47,46 juta atau setara Rs 778,12 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi, TPIA mencatatkan peningkatan rugi bersih sebesar US$568.000 menjadi 7.999,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kerugian ini bertepatan dengan turunnya pendapatan TPIA menjadi $866,49 juta atau setara Rp14,20 triliun pada semester I/2024.
Pendapatan ini turun 19,34% dibandingkan semester I 2023 yang mencapai $1,07 miliar.
Pendapatan ini ditopang oleh penjualan domestik sebesar $718,84 juta dan penjualan internasional sebesar $145,48 juta. Lalu ada pendapatan sewa tangki dan pelabuhan sebesar 2,16 juta dolar.
Suryandi mengatakan pendapatan dipengaruhi oleh gangguan permintaan eksternal yang menyebabkan penurunan volume penjualan selama semester tersebut dan rencana TAM untuk TPIA pada kuartal kedua tahun 2024.
Volume penjualan pada semester I/2024 sebesar 91 KT mengalami penurunan dibandingkan semester I/2023 sebesar 105 KT, dan TAM akan memberikan banyak tekanan pada kapasitas produksi, kata Suryandi dalam keterangan resmi, di Rabu (31/7/2024).
10 saham teratas berdasarkan kapitalisasi pasar (dalam triliunan rupee)
Data tersebut diambil dari Bursa Efek Indonesia pada Jumat (27/9/2024).
____________
Penafian: berita ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan jual beli saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan mahasiswa. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA