Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Sosial/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengakui banyak kepala daerah yang menggunakan statistik harga dana sebagai penggantinya. 

Suharso tak menampik adanya kecurangan pemerintah daerah untuk mendapatkan insentif dari Perbendaharaan Negara yang diberikan setiap tiga bulan sekali.  

“Ada [datanya] ya, lumayan [angka],” jawab Suharso di Kantor Bappenas saat ditanya wartawan soal jumlah tempat yang menggunakan data inflasi, Senin (30/9/2024). 

Sekadar informasi, setiap tiga bulan sekali, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan memberikan insentif sekitar Rp6 miliar – Rp10 miliar kepada pemerintah daerah yang berhasil mengelola inflasi.

Untuk itu, Suharso menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan daerah untuk memenuhi kebutuhan keuangannya dari insentif tersebut. 

Meski demikian, Suharso menegaskan angka inflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) setiap bulannya merupakan angka riil dan bukan merupakan rekayasa. 

Ia mendesak Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian memberikan sanksi kepada kepala daerah yang mempermainkan statistik inflasi. 

“Ini harus fokus pada bidang-bidang di mana tidak ada keuntungan seperti itu. Namun angka BPS yang kami miliki tidak bisa digunakan begitu saja. Jika mereka tidak mencapainya sama sekali, mereka tidak mendapat insentif. Kalau berbohong akan dihukum, kata Suharso. 

Sebelumnya, Tito mengatakan kepala daerah punya kebiasaan melakukan kecurangan harga agar tetap rendah di daerah yang dipimpinnya.

Mantan Kapolri ini mengatakan, kepala daerah akan mendirikan pasar kecil sebelum BPS melakukan peninjauan pasar. Dengan begitu, harga saham akan turun meski tidak menunjukkan kepastian.

“Aturan barunya, mitra lokal harus mendatangi kantor BPS di kabupaten/kotanya, ‘Tolong lakukan perhitungan dengan benar!’ Begitu, kata Tito dalam acara penghargaan Hari Statistik Nasional 2024 yang ditayangkan di kanal YouTube BPS Statistik, Kamis (26/9/2024).

Sementara itu, ia menerapkan sanksi terhadap pemimpin daerah yang dianggap tidak mampu mengendalikan inflasi. Yang terburuk, ia memecat pejabat daerah yang gagal mengendalikan inflasi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel