Bisnis.com, Jakarta – Restrukturisasi utang pemasok farmasi Grup BUMN PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) mendapat penghargaan juara pertama oleh Komite Keenam DPR RI. Sedangkan debitur terbesar dalam utang ini adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI).

Anggota Komite Keenam DPR RI Harris Turino mengatakan, partainya mendengar rencana Kimia Farma merestrukturisasi pinjaman senilai 8,7 triliun itu. Ia mengatakan, agar Kimia Farma tidak melakukan restrukturisasi pinjaman hanya untuk merestrukturisasi kerugian, seperti yang terjadi pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA),

Harris berkata: “Saya dengar utang Kimia Farma sebesar Rp 8,7 juta sedang direstrukturisasi, dan BNI mungkin menjadi peminjam terbesar. Bagaimana reaksi BNI? Apalagi jika restrukturisasinya seperti Garuda Airlines.” pada tanggal 7 Agustus 2024.

Menurutnya, apa yang terjadi di GIAA membuat perusahaan mempunyai banyak pakaian untuk bernafas. “Ini menimbulkan kerugian bagi kantong-kantong yang masih tinggi,” ujarnya.

Laporan keuangan Kimia Farma hingga Maret 2024, utang perseroan sebesar Rp 11,23 juta naik dari Rp 11,19 juta pada Desember 2023.

Per Maret 2024, Kimia Farma mempunyai utang jangka pendek senilai Rp 5,22 triliun, utang terbesar yang diterbitkan BNI sebesar Rp 1 juta. Per Maret 2024, Kimia Farma juga mempunyai utang jangka panjang kepada BNI sebesar $500 miliar.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan sebenarnya semua pakaian Kimia Farma bukan milik BNI. “Banyak (bank lain) yang sama,” ujarnya usai rapat dengar pendapat keenam Panitia DPR RI.

Sedangkan BNI sudah mengatur utang Kimia Farma. “Kimia Farma sudah kita rencanakan, diperkirakan harus kita renovasi dan kita lihat [ke depan],” ujarnya.

Namun menurut Kimia Farma, bisnisnya terus membaik. “Jadi Kimia Farma akan direnovasi,” ujarnya.

Laporan keuangan menunjukkan Kimia Farma merugi Rp 102,73 miliar pada kuartal I 2024, sedangkan untung Rp 386,49 juta pada tiga bulan pertama 2023.

Sedangkan total aset KAEF berada di angka Rp17,34 triliun pada akhir Maret 2024, turun menjadi Rp17,58 pada akhir Desember 2023.

Di sisi lain, modal KAEF mengalami penurunan dari Rp6,39 pada akhir tahun 2023 menjadi Rp6,10 pada kuartal I tahun 2024.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Jaringan WA