Business.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) khawatir kenaikan suku bunga dasar akan meningkatkan porsi kredit bermasalah (NPL) perbankan, terutama bank kecil. dan mengakhiri kebijakan restrukturisasi pinjaman COVID-19.

Banyak bank-bank kecil atau Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) yang juga menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kenaikan NPL-nya. 

PT Bank Bumi Arta Tbk. Misalnya, PT Takjub Financial Technology (BNBA) yang dikelola Ajib mengatasi krisis pandemi Covid-19 dengan melakukan serangkaian restrukturisasi. Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membatalkan kebijakan restrukturisasi tersebut pada akhir Maret 2024.

Bank Bumi Arta juga mengambil langkah-langkah untuk memastikan kredit macet tidak bertambah terlalu banyak akibat pembatalan restrukturisasi pinjaman Covid-19, kata Edwin Suriyahusada, Direktur Pengembangan Bisnis dan Keuangan Bank Bumi Arta.

“Kami bekerja sama dengan pendekatan personal kepada peminjam, yang bisa dilakukan bank adalah win-win solution,” kata Edwin dalam keterangan publik beberapa waktu lalu (20/6/2024).

Bank Bumi Arta sendiri mencatatkan NPL neto sebesar 3,88% pada Maret 2024 dibandingkan 4,82% pada Maret 2023. Selanjutnya, NPL neto menurun dari 3,2% menjadi 2,57%.

Begitu pula dengan bank kecil lainnya yang bermodal inti antara Rp3 triliun hingga Rp6 triliun, yakni PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR). Direktur Kepatuhan Bank OK Fdinal Alamsiya mengatakan Bank OK telah melakukan persiapan sejak tahun lalu untuk mengantisipasi konsekuensi berakhirnya kebijakan restrukturisasi pinjaman Covid-19. 

“Kami telah mengidentifikasi peminjam berisiko tinggi yang mungkin merupakan pinjaman bermasalah, berisiko menengah yang masih dapat direhabilitasi, misalnya dengan memberikan restrukturisasi non-Covid, dan berisiko rendah yang mungkin dapat kembali bekerja normal,” ujarnya. mengatakan kepada Bisnis.

Bank juga mencerminkan persentase peminjam yang kembali ke kehidupan normal dan menjadi kredit bermasalah atau menjalani restrukturisasi rutin tanpa COVID-19. OK Bank melakukan stress test terhadap rasio NPL dengan asumsi seluruh debitur yang tergolong risiko tinggi menjadi NPL.

Bank OK sendiri melaporkan peningkatan total NPL pada Maret 2024 menjadi 4,2% dari 3,29% pada Maret 2023. NPL neto kemudian menurun dari 2,59% menjadi 2,49%.

Bank-bank kecil juga bersiap untuk membendung NPL akibat dampak berakhirnya kebijakan restrukturisasi pinjaman terkait COVID-19 dan kenaikan suku bunga dasar BI. 

Pada rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024, BI memutuskan menaikkan suku bunga dasar atau BI rate sebesar 25 basis poin (base) dari 6% menjadi 6,25%. Suku bunga dasar kemudian dinaikkan untuk pertama kalinya sejak Oktober 2023. 

Setelah itu, BI mempertahankan suku bunga dasar sebesar 6,25% selama dua bulan berturut-turut. Jika ditilik ke belakang, suku bunga dasar BI telah meningkat sebesar 275 basis poin sejak pertengahan tahun 2022.

PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) juga mewaspadai kenaikan NPL akibat kenaikan suku bunga dasar BI. “Kalau NPL kita [target] minimal 3,5% dari bruto ya maksimal,” kata Direktur Bisnis BNC Aditya Vindarwa saat diwawancarai grup media beberapa waktu lalu.

Pada saat yang sama, BBYB terus menjaga kualitas kredit melalui penyaluran kredit yang lebih selektif. BBYB memperluas penyaluran pinjaman ke berbagai segmen nasabah, baik perorangan, usaha kecil menengah, dan korporasi.

“Pertumbuhan ini menjadi peluang bagi BNC untuk terus memberikan kredit,” kata Adit dalam keterangan tertulisnya.

Pada bulan Maret 2024, jumlah kredit macet bruto Bank Neo Commerce meningkat sebesar 41 bps. dari 3,53 persen menjadi 3,94 persen. Sementara itu, kredit macet bersih mengalami penurunan sebesar 137 bps. menjadi 1,3% dari 2,67%.

Begitu pula dengan PT Bank Amer Indonesia Tbk. (Lobster). Mengantisipasi peningkatan NPL, bank telah membuat penyisihan lebih tinggi atas kerugian CKPN atau CKPN, kata wakil presiden senior keuangan Amar Bank David Virevy. “Hal ini sesuai dengan prinsip kehati-hatian yang kami terapkan untuk meminimalisir risiko pada seluruh penyaluran kredit, dan hal tersebut akan terus kami lakukan pada seluruh manajemen risiko ke depan,” ujarnya.

Per Maret 2024, Bank Amar mencatatkan rasio NPL gross sebesar 10,26% atau meningkat 378 bps. dibandingkan 6,48% pada periode yang sama tahun lalu. Namun NPL netto AMAR tercatat sebesar 0,84% pada Maret 2024 dibandingkan 1,84% pada Maret 2023. 

Kekhawatiran akan kekuasaan

OJK sendiri sudah menyampaikan kekhawatirannya atas pertumbuhan kredit macet pada tahun ini. Direktur Eksekutif Divisi Pengawasan Perbankan OJK Diane Ediana Rey mengatakan berakhirnya kebijakan restrukturisasi Covid-19 akan menjadi permasalahan kualitas kredit perbankan. 

Sementara itu, OJK mencatat restrukturisasi kredit masih memakan biaya Rp 207,40 triliun setelah satu bulan pelonggaran kebijakan. Indikator ini mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 228,03 triliun.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA