Bisnis.com, JAKARTA – Rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% mendapat reaksi negatif dari netizen.

Hal itu terungkap dalam laporan Drone Emprit yang diposting di akun resmi X @DroneEmpritOffc pada Rabu (20/10/2024). Sedangkan data yang digunakan berasal dari X, Facebook, TikTok, Instagram dan YouTube, serta pemberitaan media online pada tanggal 14 hingga 20 November 2024.

Dalam kurun waktu 14-20 November 2024, isu kenaikan PPN sebesar 12 persen tersaji dalam 1.255 artikel dan 3.908 mention, sedangkan 10.548 mention dibahas di media sosial, menurut laporan tersebut.

“Dari media sosial, isu kenaikan PPN 12% mendapat sentimen negatif 79%, positif 19%, dan netral 2%. Sedangkan dari media internet, isu tersebut mendapat sentimen negatif 25%, positif 45%, dan moderat 29%” , laporan itu menjelaskan.

Sentimen negatif pengguna internet di jejaring sosial umumnya mengkritisi kenaikan PPN dan dampaknya seperti menambah beban perekonomian masyarakat, menurunnya daya beli, dan dampak negatifnya terhadap UMKM.

“Kesan negatif lainnya adalah masyarakat mengatakan bahwa pemerintah tidak menggunakan pendapatan pajak secara bijak, dan masyarakat kemungkinan besar akan mogok dan hidup hemat,” jelas laporan tersebut.

Sementara itu, ada sentimen positif di media sosial mengenai masalah ini karena kenaikan PPN diharapkan akan meningkatkan penerimaan negara dan kenaikan PPN akan diatur dengan undang-undang.

Kemudian, untuk analisis emosi di jejaring sosial, postingan terbanyak terkait antisipasi sebanyak 357 postingan. Banyak pihak mulai memperkirakan efek domino dari kenaikan PPN, seperti kenaikan harga barang dan jasa serta potensi PHK, kata laporan itu.

Sebanyak 290 postingan diikuti. Postingan tersebut sebagian besar mengungkapkan perasaan terkejut karena kenaikan pajak terjadi di tengah kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19.

Kemudian, 247 posko tersebut sebagian besar mengumumkan kenaikan PPN sehingga membuat marah para pekerja dan kelas menengah karena kebijakan ini akan semakin membebani mereka.

Selain itu, hashtag yang paling sering digunakan adalah #Tax, #PDV12 persen, #mediumclass, #PDV dan #FrugalLiving. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna internet menyoroti dampak kuat kenaikan PPN sebesar 12% terhadap kelas menengah.

Kebijakan tersebut juga memicu penolakan masyarakat dengan tagar #reject ppn12persen yang menyerukan penerapan hidup hemat sebagai respons terhadap penolakan kebijakan tersebut.

“Kenaikan PPN sebesar 12% menimbulkan perasaan negatif yang kuat, terutama di kalangan masyarakat kurang mampu secara ekonomi. Mereka umumnya marah dan khawatir pasca penerapan kebijakan ini. Masyarakat sangat menolak penerapan ini, terutama di kalangan pekerja, pengusaha, dan masyarakat kelas menengah. – di bawah”, laporan tersebut menyatakan di bagian akhir.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel