Bisnis.com, Bogor – Kementerian Keuangan (KMENKEU) mengungkapkan komitmen negara donor terkait implementasi dana Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP) belum jelas.
Bobby Wahyu Harnawan, Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Perubahan Iklim dan Multilateral di Pusat Kebijakan Anggaran (BKF), mengatakan implementasinya merupakan tantangan global, menyusul para donor yang tergabung dalam International Partners Group (IPG).
“Ini adalah tantangan global, bukan hanya tantangan Indonesia, Anda merasakan komitmen itu. “Indonesia siap, tinggal mereka [IPG],” ujarnya dalam jumpa pers, Jumat (31/5/2024).
Bobi mengatakan, saat ini Indonesia telah memulai Program Investasi dan Kebijakan Investasi (CIPP) untuk dana tersebut.
Dokumen ini merupakan senjata untuk mendapatkan pendanaan internasional sebesar US$20 miliar untuk proyek dan prioritas transisi energi Indonesia.
“Indonesia selalu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Katanya, “Terserah para pihak untuk membuat komitmen dengan kami atau tidak.”
Bahkan, Indonesia juga sedang fokus melaksanakan Rumah Perencanaan Aksi Transisi Energi Nasional (PATEN) sebagai program JETP.
Menteri Keuangan (MENKEU) Shri Mulyani Indrawati juga terus menegaskan komitmen pelaksanaan dana yang akan muncul pasca G20 pada tahun 2022.
Pada konferensi COP28 akhir tahun lalu, ia menekankan perlunya mengubah pendanaan iklim global menjadi tindakan nyata dan bukan sekadar retorika.
Komitmen Indonesia dalam melaksanakan transisi energi semakin ditunjukkan dengan keanggotaan Indonesia sebagai anggota Dewan Green Climate Fund (GCF) periode 2024-2027.
Semoga hal ini dapat meningkatkan pendanaan GCF dan menutup kesenjangan pendanaan dari target Perjanjian Paris sebesar US$100 miliar.
Endah Tri Kurniawati, Direktur Pendanaan dan Pembangunan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), mengatakan pada dasarnya emisi tertinggi berasal dari negara maju.
Endah mengatakan, kenyataannya negara-negara tersebut belum menunjukkan komitmennya dengan menerapkan pendanaan perubahan iklim senilai US$100 miliar dalam Perjanjian Paris.
“Emisi terbesar berasal dari negara-negara maju. Apakah Anda masih terlibat? Itu [Perjanjian Paris] belum mencapai $100 miliar,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel