Bisnis.com, JAKARTA – Dilatarbelakangi penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terjadi peningkatan nilai pembelian bersih asing di pasar saham Indonesia. Peningkatan pembelian bersih asing disebabkan oleh beberapa sentimen, terutama rencana The Fed untuk menurunkan suku bunganya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia masih lemah pada semester I 2024. Nilai penjualan bersih luar negeri tercatat Rp 7,73 triliun year-to-date (ytd) hingga Juni 2024.

Aliran masuk dana asing mulai meningkat hingga paruh kedua tahun ini atau kuartal ketiga tahun 2024. Tercatat, pasar saham Indonesia mencatatkan net beli asing sebesar Rp 27,73 triliun secara year to date hingga Agustus 2024.

Setelah itu, aliran dana asing menguat pada bulan ini. Pada perdagangan kemarin, Selasa (17/9/2024), tercatat dana asing masuk atau net buy asing sebesar Rp 678,82 miliar.

Pada perdagangan Selasa (17/9) terjadi pembelian bersih asing di Bursa Efek Indonesia sebesar Rp52,08 triliun. Dalam sebulan terakhir, pembelian bersih asing tercatat sebesar 47,03 miliar euro di pasar saham Indonesia.

Masuknya dana asing juga berbarengan dengan penguatan IHSG. Pada perdagangan hari ini, IHSG bahkan ditutup pada level tertinggi sepanjang masa (ATH) hingga menguat ke 7.831,77 atau menguat 0,25%.

IHSG menguat 4,89% pada bulan perdagangan. Setelah itu, IHSG berada di zona hijau atau menguat 7,69% ytd.

Kepala Riset Ekuitas Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, faktor pendorong derasnya aliran dana asing ke pasar saham Indonesia pada paruh kedua tahun 2024 adalah tingginya ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed.

“Pelaku pasar optimistis suku bunga The Fed akan dinaikkan dan dolar AS melemah,” kata Sukarno kepada Bisnis, Selasa (19/9/2024).

Berdasarkan perkiraan sebagian besar analis, pejabat Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan minggu ini.

Selain itu, derasnya aliran dana asing ke pasar saham Indonesia dipengaruhi oleh stabilitas politik di Indonesia dan peningkatan cadangan devisa.

Menurut dia, titik kritis bagi asing untuk mulai mengakumulasi saham di pasar Indonesia adalah pada Juni 2024. Sedangkan saham yang diincar adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Persero (BMRI), dan PT Amman. Mineral. Internasional Tbk. (AMMN).

Setelah itu, saham lain yang diwaspadai adalah PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), PT Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW), PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN), PT Telkom Indonesia Persero (TLKM), PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL), kepada PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).

Senior market chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan derasnya aliran dana asing ke pasar saham Indonesia dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Ketika dolar melemah maka rupiah diperkirakan akan menguat sehingga menarik investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia.

Faktor lainnya terkait dengan data dasar makroekonomi yang masih sangat resisten, misalnya data ekonomi dunia usaha, kata Labisnis, Selasa (19/9/2024).

Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Agustus 2024, mencatatkan surplus selama 52 bulan berturut-turut. Tercatat keuntungan perdagangan barang dan jasa atau neraca perdagangan Indonesia dengan negara lain mencatat surplus sebesar $2,9 miliar pada Agustus 2024, seiring dengan peningkatan ekspor dan perlambatan impor.

Menurut dia, saham-saham perbankan menopang derasnya aliran dana asing ke Indonesia. BBCA misalnya, mencatatkan pembelian bersih asing sebesar Rp 8,15 triliun YTD pada perdagangan hari ini. Selanjutnya, BMRI mencatatkan beli bersih asing sebesar Rp 5,87 triliun pada perdagangan hari ini.

Saham seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) juga mencatatkan aliran masuk dana asing yang kuat. BREN mencatatkan pembelian bersih asing sebesar Rp 836,8 miliar Jtd pada perdagangan hari ini.

Perkiraan sampai akhir tahun

Napan mengatakan tren masuknya dana asing ke pasar saham Indonesia akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini. “Pergerakan IHSG pada bulan Oktober, November, dan Desember secara umum rata-rata hijau. Hal ini memberikan gambaran adanya potensi arus kuat,” ujarnya.

PT Schroder Investment Management Indonesia dalam risetnya juga memperkirakan aliran dana asing ke pasar saham Indonesia akan menguat pada akhir tahun ini seiring dengan menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan.

“Ketika asing melihat Indonesia sebagai negara yang sensitif terhadap suku bunga, kita melihat aliran masuk ke pasar obligasi dan saham,” tulis Schroeder Investment Management Indonesia dalam laporannya beberapa waktu lalu (11/9/2024).

Menurut laporan Schroeder, beberapa ekonom memperkirakan suku bunga The Fed akan lebih dangkal dan dapat menimbulkan risiko terhadap pergerakan mata uang. “Namun, kami yakin investor tetap menyambut baik penurunan suku bunga apa pun,” tulis Schroeder Investment Management Indonesia.

Sebelumnya, Peneliti fixed income Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Karinska Salsabila Priyatno juga memperkirakan aliran dana asing ke pasar keuangan Indonesia masih akan mengalir deras. Prospek ini didukung oleh disiplin fiskal Indonesia yang kuat.

“Kami tetap yakin aliran kuat ke Indonesia akan tetap terlihat hingga akhir tahun 2024,” ujarnya.

Namun, meski kekhawatiran terhadap devaluasi rupiah telah mereda, pasar masih mewaspadai pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Pravo Subianto.

Secara global, ketidakpastian pemilu AS dan potensi ketegangan geopolitik masih dapat membebani sentimen terhadap pasar Indonesia.

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel