Bisnis.com, Jakarta – Penerbit Salim Group, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) semakin meminati elektronik otomotifnya, terutama yang berasal dari Tiongkok. Baru-baru ini, kendaraan listrik Tiongkok GAC AION menyatakan akan menjalin kerja sama dengan IMAS menyusul dirilisnya kendaraan listrik AION Y Plus.

Presiden IMAS Jusak Kertowidjojo mengatakan perusahaannya mencari perusahaan China untuk memperkuat portofolio kendaraan listrik (EV) karena bambu mematahkan tren negara-negara yang semakin berpartisipasi dalam ekosistem EV.

Ia menambahkan, banyak negara maju kini sudah mulai berhenti menggunakan gas alam (internal Combustion Engine/ICE). Hasilnya, perusahaan mulai merambah ke kendaraan listrik untuk bersaing dengan industri otomotif saat ini.

“Kami adalah perusahaan yang menjual mobil, jadi suka atau tidak, kami harus terjun ke mobil listrik, dan sekarang mobil paling bertenaga dengan data terbesar di dunia berasal dari China,” kata Jusak dalam pidato publik di IMA pada hari Kamis. (20 Juni 2024).

Sebelum peluncuran AION Y Plus, Indomobil telah meluncurkan mobil listrik Citroën E-C3. Lalu ada teknologi hybrid dari China Great Wall Motors (GWM), dari produk Tank 500 HEV dan Haval H6 HEV.

Tidak hanya Tiongkok, negara-negara anggota UE juga sepakat untuk berhenti menjual mobil baru yang mengeluarkan karbon dioksida pada tahun 2035. Aturan tersebut akan ditegakkan melalui undang-undang yang mewajibkan semua mobil baru yang dijual memiliki emisi nol mulai tahun 2035, dengan pengurangan hanya 55% dari tahun 2030.

“Eropa juga sangat kuat. Kita punya Citroën dan Volkswagen yang juga akan merilis mobil listrik. Tapi yang terbesar adalah China, makanya kita fokus menambah model baru dari China,” pungkas Jusak.

Oleh karena itu, IMAS berencana meluncurkan lebih banyak kendaraan listrik di Indonesia.

Dilihat dari hasil keuangan, pendapatan IMAS pada tiga bulan pertama tahun 2024 turun 91,78% year-on-year menjadi Rp14,66 miliar dibandingkan Rp178,46 miliar pada periode yang sama tahun 2023.​

Sebaliknya, pendapatan IMAS meningkat 0,75% menjadi Rp7,28 triliun dibandingkan Rp7,22 triliun pada kuartal I-2023. Pendapatan ini disumbang oleh penjualan berbagai merek mobil yang didukung Grup Indomobil, seperti Nissan, Datsun, Kia, Hino, Suzuki, Audi, Volkswagen, dll.

Seiring dengan peningkatan pendapatan, utang IMAS juga meningkat sebesar 1,20% menjadi Rp5,85 triliun dibandingkan Rp5,78 triliun pada tiga bulan pertama tahun 2023.​

Terimbas hal tersebut, total pendapatan perseroan anjlok 1,01% menjadi Rp 1,42 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,44 triliun.

Dilihat dari pergerakan harga saham di pasar saham, saham IMAS menguat 3,23% ke Rp 1.280 pada Kamis (20 Juni 2024). Namun saham IMAS terkoreksi 8,24% year to date.

***

Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel