Bisnis.com, JAKARTA – Sebanyak empat badan usaha milik negara (BUMN) sektor transportasi telah mengajukan usulan penanaman modal negara (PMN) sebesar Rp 6,27 triliun untuk tahun anggaran 2025.

Keempat BUMN tersebut adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Industri Kereta Api (Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) dan Perum DAMRI. Kebutuhan penerapan PMN beragam, mulai dari pembaharuan armada hingga peningkatan fasilitas produksi. Daftar Penasihat PMN BUMN Perhubungan 1. Pelni

Pelni menyampaikan usulan PMN sebesar Rp 2,5 triliun untuk tahun 2025. Direktur Utama Pelni Tri Andayani mengatakan dana tersebut rencananya akan digunakan untuk pembelian dua kapal penumpang baru.

Anda bilang perlunya pembelian kapal baru mengingat sebagian besar kapal Pelni sudah berusia di atas 30 tahun. Dikatakannya, jumlah kapal Pelni lebih dari 30 tahun lalu sebanyak 12 kapal, yaitu 46% dari total jumlah kapal Pelni. .

“Kami usulkan [PMN 2025] pembelian dua kapal penumpang baru yang umur teknisnya melebihi 30 tahun pada tahun 2024,” kata Anda dalam rapat Komisi VI DPR di Gedung DPR Jakarta. Dikutip pada Rabu (7/10/2024). 2.DAMRI

Sementara DAMRI Peru mengusulkan PMN sebesar Rp 1 triliun pada tahun 2025. Ketua DAMRI Setia N Milatia Moemin mengatakan ibu kota negara rencananya akan digunakan untuk menghidupkan kembali industri transportasi pionir dan mendatangkan 100 bus listrik.

Setia menjelaskan secara rinci sebesar Rp. Selain itu, dana sebesar Rp510 miliar akan dialokasikan untuk pengadaan 100 bus listrik dan sarana angkutan perkotaan di Transjakarta.

Rata-rata usia pesawat angkut perintis di atas tujuh tahun, dan kualitas busnya kurang bagus karena lapangan atau stadionnya lebih sulit, ujarnya. 3.PT Kereta Api Indonesia (KAI)

Saat ini KAI telah mengajukan proposal PMN senilai Rp 1,8 triliun untuk mengimpor KRL pengganti kereta api lama.

Program ibu kota negara untuk KAI rencananya akan digunakan untuk pembelian Kereta Api KRL Jabodetabek yang dioperasikan oleh anak perusahaan KAI, PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter.

Direktur Eksekutif Kaya Commuter Asdo Artriviyanto menjelaskan, kebutuhan pengadaan peralatan KRL harus dilaksanakan sesuai dengan usia fasilitas kereta api. Dijelaskannya, seluruh fasilitas KRL KAI Commuter saat ini rata-rata berusia antara 25-30 tahun. 

Sebab, pembelian KRL pada tahun-tahun sebelumnya dilakukan dengan mengimpor barang bukan baru atau bekas.

“Saat kita impor [kereta api], rata-rata usianya 25 hingga 30 tahun. Sebab, barang yang diimpor bukanlah barang baru,” kata Asdo. 4. PT Industri Kereta Api (Inka)

Selain itu, Inka juga mengajukan suntikan modal sebesar Rp976 miliar untuk tahun anggaran 2025, CEO Inka Eko Purwanto mengatakan suntikan ini diperlukan untuk mengembangkan industri perkeretaapian dalam negeri.

Lebih detailnya, PMN akan digunakan untuk pengembangan fasilitas produksi perseroan di Banyuwangi, produksi lokomotif, dan fasilitas produksi sistem bogie kereta api.

Eko mengatakan, permintaan kereta self-driving di dalam dan luar negeri berpotensi terus tumbuh. Oleh karena itu, perusahaan harus terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas perusahaan.

Selain itu, Inka saat ini juga akan memperbaiki rangkaian Kereta Listrik (KRL) pesanan PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter.

“Permintaan KRL dalam negeri terutama berasal dari PT KAI. Peningkatan permintaan pasokan ini tidak sesuai dengan kapasitas Inka,” kata Eko.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel