Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi FinTech Indonesia (AFPI) membeberkan strategi untuk mendorong anggotanya menjaga kredit macet (TWP90) di bawah 5%. Saat ini, 22 penyedia dari 97 P2P pinjaman yang terdaftar di OJK mendaftarkan TWP90 di atas 5%.

Wakil Presiden Hubungan Eksternal dan Advokasi AFPI Angel Brigitta mengatakan, beberapa langkah strategis telah dilakukan pelaku industri untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko kredit macet.

“Dengan bermitra bersama penyedia data perkreditan, seperti biro perkreditan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), platform tersebut dapat memperoleh informasi lebih lengkap mengenai profil kredit calon peminjam, sehingga pada akhirnya meningkatkan kualitas portofolio,” kata Angel baru-baru ini kepada Bisnis (8/11 ). /2024).

Selain itu, Angel menjelaskan P2P lending juga memperkuat analisis kredit, menggunakan teknologi dan pembelajaran mesin yang dapat meningkatkan akurasi penilaian risiko peminjam. Teknologi ini memungkinkan platform P2P lending lebih selektif dalam menyaring calon peminjam.

Dari sisi literasi, Angel menjelaskan, P2P lending juga menggencarkan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya tanggung jawab dalam pengembalian pinjaman. Selain itu, AFPI menemukan banyak kampanye negatif di media sosial yang menyerukan tidak adanya pembayaran atau pencemaran nama baik.

“Kami berharap penguatan pelatihan ini dapat mencegah boilerplate call yang sering muncul di media sosial dan meningkatkan kualitas kredit secara keseluruhan. Berkat langkah-langkah tersebut, kami optimis industri P2P lending mampu menjaga kualitas kredit dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, kata Angel.

Dengan strategi mendukung kredit macet tersebut, Angel optimistis prospek P2P lending akan terus tumbuh hingga akhir tahun 2024, khususnya untuk pembiayaan sektor manufaktur.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel