Bisnis.com, Jakarta — Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral di beberapa negara besar dunia memaksa investor untuk menyeimbangkan kembali investasinya.

Rebalancing merupakan langkah penataan kembali posisi aset investasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Aset tersebut berkisar dari properti hingga aset tetap, dari saham dan deposito hingga setara kas, dan pendapatan tetap seperti reksa dana hingga obligasi. Lantas bagaimana peluang deposito, reksa dana, dan obligasi di masa depan ketika suku bunga acuan diturunkan untuk memberikan imbal hasil yang lebih baik? 

Obligasi ritel atau obligasi bank ritel akan tetap menjadi pilihan yang menarik, meskipun antusiasme akan berkurang karena rendahnya kupon yang ditawarkan, kata Ahmed Nasr El Din, analis di Pfundo Fixed Income. 

“Ini bukan berarti SBN ritel akan bebas bunga [as coupon drop as benchmark interest rate fall]. Obligasi ritel sekarang lebih menarik,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, baru-baru ini (26/9/2024). 

Menurutnya, kemudahan akses SBN ritel dengan bantuan teknologi akan mengubah preferensi investor di masa depan.  Selain itu, kupon SBN untuk perorangan akan tetap kompetitif dibandingkan bunga deposito. Ia yakin investor ritel akan tetap memilih SBN ritel di era suku bunga rendah. 

Keuntungan lainnya, menurut Ahmed, SBN ritel juga memberikan pendapatan bulanan. 

“Seri ini lebih menarik dibandingkan obligasi FR atau obligasi korporasi karena pembayaran kuponnya lebih lama, yakni setiap triwulan untuk seri FR dan triwulan untuk obligasi korporasi,” imbuhnya. 

Namun, menurutnya, investor yang agresif lebih cenderung meningkatkan portofolionya ke instrumen yang lebih berisiko guna memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. 

“Mereka tidak akan menaruh seluruh uangnya dalam satu keranjang investasi. Itu semua tergantung pada kemampuan mereka dalam menoleransi risiko dan target return,” ujarnya. 

Ia menjelaskan, sebagian investor mungkin mencari dana investasi untuk meraih keuntungan, terutama reksa dana saham dan dana investasi campuran. 

Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap juga mempunyai kemampuan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi karena harga obligasi naik dan suku bunga turun. Jika suku bunga yang lebih rendah tercapai, investor akan menerima kinerja imbal hasil yang lebih solid. 

Dengan kata lain, reksa dana juga dapat memberikan imbal hasil yang relatif menarik, meskipun bagi perorangan lebih berisiko dibandingkan SBN. 

Sekadar informasi, Federal Reserve AS telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin dari 5,25% menjadi 5,5% menjadi 4,75% menjadi 5%.

Dalam konteks yang sama, Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6% dari 6,25% pada Rabu (18/9/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel