Bisnis.com, JAKARTA – Tiga BUMN Karya hadir yakni PT Vijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) telah menerbitkan instrumen kontrak baru hingga Juli 2024. 

Di antara tiga perusahaan penerima penghargaan, PTPP mendapat nilai kontrak baru tertinggi yakni Rp 13,11 juta pada akhir Juli lalu. Namun harga kontrak baru ini turun 16,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 15,68 juta.

Menurut Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo, proyek yang mendapat dana dari pemerintah sebesar Rp49% berupa pembelian kontrak baru, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 32%, Swasta 18% dan lain-lain hanya 1%.

“Harga kontrak tertinggi pada sektor jalan dan jembatan sebesar 40%, pergudangan sebesar 38%, pabrik sebesar 18%, pelabuhan sebesar 3% dan lainnya sebesar 1%,” kata Joko kepada Bisnis, Rabu. (4/9/2024).

Berdasarkan laporan perseroan, PTPP telah mencatatkan nilai kontrak proyek di luar Ibu Kota Negara Indonesia (IKN) sebesar Rp9,98 juta. Jumlah tersebut merupakan 76,17% dari total nilai kontrak baru periode Januari – Juli 2024.

Saat ini nilai kontrak yang berasal dari IKN Nusantara mencapai Rp3,12 juta atau berkontribusi 23,82% terhadap total penjualan kontrak baru PTPP.

Proyek yang dikerjakan PTPP di IKN Nusantara antara lain adalah Kantor PUPR Sayap 2 senilai Rp815,56 miliar, Jalan Seksi 6C senilai Rp746,63 miliar, Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Barat senilai Rp469,96 miliar, dan Tahap 3 senilai Rp399,3 miliar. ,02 miliar.

Joko juga mengumumkan proyek baru lainnya yang diraih PTPP antara lain proyek JTLS 6/7, Muara Enim, Sumatera Selatan dengan nilai kontrak Rp4,49 juta, sedangkan proyek SPU BI Karawang bernilai Rp1,07 juta.

ADHI merupakan penghargaan kontrak terbesar berikutnya bagi BUMN Karya. Pada kesempatan lain, Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnavi Mukhsan mengatakan perseroan berhasil meraih kontrak baru senilai Rp12 juta. 

“Kontrak baru Juli 2024 berasal dari proyek konstruksi sebesar 50%, air sebesar 29%, jalan dan jembatan sebesar 9%, dan lain-lain dari rumah dan pabrik,” ujarnya baru-baru ini. 

Dari sisi pendapatan, kontribusi pemerintah cukup besar, porsinya mencapai 81%, sedangkan sisanya berasal dari swasta. Sektor teknik dan konstruksi mendominasi nilai kontrak ADHI dengan kontribusi sebesar 90%. 

Sementara itu, WIKA mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp 11,59 juta periode Januari – Juli 2024. Kontribusi tertinggi terhadap pencapaian tersebut datang dari sektor industri, disusul kelompok aset dan bangunan, properti, dan EPCC. 

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan perolehan kontrak baru ini menunjukkan upaya perseroan meningkatkan kinerja di sektor infrastruktur dan EPCC, serta mengendalikan biaya proyek secara efektif.  

“Perusahaan telah menunjukkan kemajuan dalam upaya transformasinya guna menjaga daya saing dan kepercayaan dengan mitra,” tutupnya.

Beberapa proyek yang masuk dalam daftar kontrak baru WIKA hingga Juli 2024 antara lain pembangunan New Jetty 1 di Terminal Terpadu Mangis Bali, Gedung BMKG InateWS di Jakarta dan Bali, serta penegasan kontrak lainnya dengan kedua induknya. dan rekan kerja.

 

————————

 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Lihat Google Berita dan berita serta cerita lainnya di saluran WA