Bisnis.com, Jakarta – Angka laba bank umum melaporkan penurunan laba pada enam bulan pertama tahun ini atau semester I/2024. Situasi nasabah pasca berakhirnya proyek restrukturisasi dan perebutan pembiayaan murah menjadi tantangan bagi lini bisnis keuangan crazy rich ini. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Bapak Trioksa Sihan mengatakan turunnya laba karena beban pihak bank. Peningkatan cadangan ini terutama disebabkan oleh pembatalan program restrukturisasi kredit Covid-19. Tekanan semakin meningkat karena bank menjadi kurang efisien dalam hal operasional dan biaya.

Akumulasi modal murah dan rekening giro sulit dilakukan karena suku bunga perbankan Indonesia alias BI Rate masih tinggi. Untuk menutupi selisihnya dengan BI rate, bank kemudian menjual produk seperti deposito dengan suku bunga lebih tinggi. Situasi yang meningkatkan cost of fund (CoF) atau biaya pendanaan bank.