Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perbankan Indonesia menyiapkan belanja modal (Capex) teknologi informasi (TI) secara besar-besaran pada tahun ini, termasuk langkah pencegahan serangan siber yang kerap menyasar sektor perbankan.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memperkirakan modal TI pada 2024 sebesar Rp 1,9 triliun. Direktur Teknologi dan Operasional BNI Toto Prasetio mengungkapkan belanja TI BNI mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, seiring dengan transformasi signifikan yang dilakukan bank.

Usai BNI meluncurkan keajaiban pada akhir pekan lalu (06/05/2024), Toto mengatakan kepada media, “Perkembangan di bidang keamanan di BNI signifikan, cukup besar.”

Toto menjelaskan, sekitar 10% hingga 15% belanja TI dialokasikan untuk peningkatan keamanan sistem guna mencegah risiko insiden keamanan yang dapat mempengaruhi operasional perbankan.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga menyiapkan investasi TI yang bernilai lebih tinggi pada tahun ini dari Rp 8 triliun pada tahun 2023. Hera F. Haryn, Executive Vice President (EVP) Corporate Communications and Social Responsibility BCA, mengatakan alokasi penanaman modal meningkat pada tahun ini. digunakan untuk inovasi dan pengembangan kapasitas.

“[Termasuk juga penggunaan teknologi canggih dalam standar keamanan data dan serangan siber,” ujarnya kepada Bisnis awal pekan ini (7/02/2024).

Hera menambahkan, BCA menerapkan keamanan dengan standar keamanan berlapis, manajemen risiko dan akuntabilitas untuk menjaga keamanan data nasabah dan transaksi digital. Keamanan berlapis ini dicapai melalui pendekatan manusia, proses, dan teknologi.

Bank jumbo lainnya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memiliki modal TI yang tidak terlalu tinggi, yakni Rp 3 triliun pada tahun ini.  

Timothy Utama, Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri, mengatakan alokasi belanja modal TI pada 2024 mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Kegunaannya untuk mengembangkan digitalisasi layanan, termasuk penguatan sistem keamanan TI.  

“Ini [Rs 3 triliun] untuk semuanya dalam hal pengembangan digital,” ujarnya pada Februari lalu (21/02/2024). 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga menyiapkan belanja investasi TI pada tahun 2024 untuk melawan ancaman serangan siber. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BIS Arga M Nugraha mengatakan BIS sangat serius menggarap teknologi digital dan informasi. Hal ini tercermin dalam peningkatan belanja modal TI yang signifikan dari tahun ke tahun, termasuk pada tahun anggaran 2024. 

Kepada Bisnisa (11/11/2024) beberapa waktu lalu, “Anggaran ini akan kami gunakan untuk meningkatkan keberlanjutan, keamanan data, serta meningkatkan kemampuan dan kapasitas sistem kami.”

Sementara itu, setiap tahunnya BIS memproyeksikan anggaran modal antara Rp 7 dan 8 triliun, dimana sekitar 57% dialokasikan untuk modal TI.

Selain bank jumbo atau kelompok perbankan modal inti (KBMI) IV, bank sekunder atau KBMI III juga melakukan investasi TI untuk mencegah serangan siber. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN misalnya) yang mengembangkan dana modal IT sekitar Rp 900 miliar. 

Sekretaris Perusahaan Bank BTN Ramon Armando mengatakan investasi TI BTN pada tahun ini meningkat sekitar 40-50% dibandingkan tahun 2023. Peningkatan investasi TI ini sejalan dengan upaya BTN dalam melindungi keamanan siber. 

Dengan demikian, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. alias BSI (BRIS) memperkirakan anggaran TI sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2024, termasuk keamanan siber.

Belanja modal TI di BSI terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2022, BSI mengalokasikan Rp350 miliar untuk beban IT. Angka ini akan meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 1,32 triliun pada tahun 2023.

Ade Cahyo Nugroho, Direktur Jenderal Keuangan dan Strategi BSI, mengatakan pengeluaran tersebut kerap digunakan untuk empat bidang utama seperti keamanan TI, standarisasi infrastruktur, pengadaan berbagai perangkat stabilisasi infrastruktur, dan terakhir pengembangan bisnis.

Bank adalah sasaran empuk serangan siber

Bank telah merancang anggaran TI mereka berdasarkan kerentanan sektor perbankan terhadap serangan siber. Menurut Checkpoint Research 2022, industri jasa keuangan, termasuk perbankan, menghadapi 1.131 serangan siber setiap minggunya. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel