Bisnis.com, JAKARTA – Rapat kerja Komisi VI DPR dengan Kementerian BUMN menyetujui usulan penyertaan modal negara (PMN) untuk 16 badan usaha milik negara (BUMN) dengan total nilai Rp 44,24 triliun untuk tahun anggaran 2025.
Dalam rapat kerja persetujuan PMN senilai Rp 44,24 triliun, Komisi VI DPR mengapresiasi Kementerian BUMN yang dipimpin Erick Thohir.
“Dulu, sebagian besar, bahkan sebagian besar PMN dibiayai utang luar negeri. Namun saat ini usulan PMN tersebut dipungut dari dividen BUMN yang notabene jika dihitung masih merupakan surplus antara dividen yang masuk keuangan negara dengan PMN yang diatribusikan kepada BUMN, kata Wakil Ketua Umum ke-6 itu. Komisi DPR, M. . Sarmuji saat menyampaikan perkenalan pada pertemuan tersebut.
Sementara Kementerian BUMN mampu membagikan dividen sebesar Rp279,8 triliun sepanjang 2020 hingga 2024, lebih banyak Rp61,91 triliun dibandingkan pembayaran PMN pada periode yang sama.
Sebagai informasi, rapat kerja antara Kementerian BUMN dan Komisi DPR ke-6 memiliki 3 agenda yakni pengambilan keputusan terkait PMN 2025, perkembangan pembentukan holding BUMN Karya, dan pengelolaan dana pensiun. Namun saat rapat hendak dimulai, DPR sepakat membahas satu agenda saja, yakni pengesahan PMN.
Selanjutnya pembacaan kesimpulan rapat mengenai persetujuan usulan PMN seluruh BUMN, termasuk PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP), Wakil Ketua Komite ke-6 DPR M. Sarmuji, melontarkan sindiran terhadap pernyataan tersebut.
“Baunya mirip kaleng Khong Guan isi rengginang. Judulnya PT Pembangunan Perumahan, tapi proyeknya jalan tol. Dia tidak membangun rumah,” katanya sambil bercanda dan tertawa.
Sebagai informasi, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk mendapat suntikan PMN senilai Rp1,56 triliun untuk menyelesaikan proyek Jogja-Bawen dan Kawasan Industri Terpadu Subang.
Sebanyak 9 Fraksi di Komisi ke-6 DPR menyatakan dukungannya terhadap usulan PMN 2025. Mempertimbangkan aktivitas Kementerian BUMN dan BUMN dalam beberapa tahun terakhir yang berujung pada disetujuinya usulan PMN IDR BUMN. 44,24 triliun.
Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDIP Harris Turino mengatakan, dividen yang dibayarkan BUMN kepada negara mencapai Rp 279,9 triliun sepanjang 2019 hingga 2024, jauh lebih tinggi dibandingkan PMN yang sebesar Rp 226,1 triliun pada periode yang sama.
“Kami bersyukur BUMN memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara melalui PNBP, sehingga untuk mendukung kinerja BUMN yang lebih baik ke depan, kami mendukung pasokan PMN ke BUMN,” tutupnya.
Sementara itu, Tommy Kurniawan, Anggota Komite Kelompok PDB ke-6, mengatakan suntikan modal negara dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan pelat merah.
“Kami juga berharap perusahaan penerima PMN harus mampu menunjukkan perubahan dalam bekerja, sehingga pemberian PMN dapat berjalan dengan baik dan pemanfaatannya selektif serta bermanfaat untuk meningkatkan daya beli dan kesempatan kerja sejalan dengan peran BUMN,” dia. dikatakan.
Diketahui Kementerian BUMN mengusulkan PMN 2025 senilai Rp 44,24 triliun. Dana tersebut sebagian besar akan digunakan untuk pelaksanaan tugas pemerintahan yang komposisinya 69% atau Rp30,4 triliun. Sedangkan pengembangan bisnis mencapai 27% dan restrukturisasi hanya mencapai 4%.
Pada tahun 2025, rencananya PMN akan menerima total 16 BUMN. Suntikan terbesar ditujukan kepada PT Hutama Karya (Persero) senilai Rp 13,86 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) tahap II dan III.
Berikutnya adalah PT Asabri (Persero) yang berencana mengakuisisi PMN senilai Rp 3,61 triliun pada tahun 2025 untuk memperbaiki struktur permodalan. Berikutnya adalah Perusahaan Energi Negara (Persero) atau PLN dengan usulan Rp 3 triliun.
Selanjutnya PMN senilai Rp 28,2 triliun dialirkan ke tiga perusahaan pelat merah yakni Hutama Karya, IFG dan emiten PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang berkode saham WIKA.
Rinciannya, Hutama Karya atau HK mendapat suntikan modal Rp 18,6 triliun dari negara untuk pembangunan Tol Trans Sumatera. Sedangkan IFG mendapat dana lelang aset Jiwasraya sebesar Rp3,6 triliun dan WIKA mendapat Rp6 triliun. Berikut daftar 16 BUMN yang akan diakuisisi PMN pada 2025: PT Hutama Karya (Persero) senilai Rp 13,86 triliun melanjutkan pembangunan TTS tahap 2 dan 3. PT Asabri (Persero) senilai Rp 3,61 triliun dalam rangka penambahan modal dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp3 triliun dalam rangka program pembangkit listrik pedesaan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) sebesar Rp3 triliun untuk memperkuat permodalan dalam rangka penjaminan KUR, dan PT Pelayaran Nasional Indonesia ( Persero) Penyesuaian kecukupan KUR IP sebesar Rp 2,5 triliun akan dipicu dalam rangka pengiriman kapal baru ke PT BioFarma (Persero) senilai Rp. Persero) Tbk instrumen investasi baru sebesar Rp. Rp2,09 triliun dalam rangka pembangunan tol Jogja-Bawen dan Solo-Jogja PT Wijaya Karya (Persero) Tbk setara Rp2 triliun dalam rangka perbaikan struktur permodalan PT Len Industri (Persero) ), yang setara dengan Rp 2 triliun dalam rangka modernisasi dan peningkatan kapasitas produksi. PT Danareksa (Persero) setara Rp 2 triliun dalam rangka pengembangan usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) setara Rp 1,8 triliun dalam rangka penyerahan gudang baru yang dialokasikan pemerintah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) ), yang setara dengan Rp. Rp1,62 triliun dalam rangka modal kerja program CPP PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk setara Rp1,56 triliun dalam rangka penyelesaian proyek Jogja-Bawen dan Kawasan Industri Terpadu Subang. Perum DAMRI setara Rp1 triliun dalam rangka penyediaan bus listrik, Perum Perumnas setara Rp1 triliun dalam rangka restrukturisasi dan penambahan stok. PT Industri Kereta Api (Persero) sebesar Rp 976 miliar untuk pembangunan kereta KRL
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel