Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau AI oleh industri asuransi jiwa di Indonesia masih tergolong baru.
Head of Product, Risk Management and GCG AAJI Fauzi Arfan mengatakan adopsi teknologi AI pada industri ini memiliki berbagai tantangan.
Tantangan terbesar yang kini dihadapi industri asuransi jiwa untuk mengembangkan digitalisasi adalah terbatasnya infrastruktur dan tingginya biaya yang diperlukan untuk membangun ekosistem digital perusahaan,” kata Fauzi kepada Bisnis, Kamis (14/11/2024).
Selain ketersediaan infrastruktur dan biaya yang cukup besar, Fauzi menilai kesiapan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi tantangan tersendiri.
“Tentunya membutuhkan waktu yang lama untuk menyempurnakan sistem digitalisasi di suatu perusahaan,” kata Fauzi.
Dari sisi pasar, Fauzi juga melihat industri asuransi jiwa juga menghadapi PR berupa membangun literasi dan kepercayaan masyarakat, terhadap produk digital yang dikembangkan perusahaan, dan keamanan data pribadi.
Menurut dia, salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat adalah dengan dukungan regulasi yang menjamin keamanan data dan validitas sistem digitalisasi perusahaan.
Meski menghadapi banyak tantangan, Fauzi meyakini transformasi digital di industri asuransi jiwa tetap menjadi sebuah keniscayaan. Menurutnya, transformasi digital dan teknologi AI dapat mengatasi rendahnya penetrasi asuransi, terbatasnya literasi keuangan, dan kebutuhan layanan yang lebih cepat dan terjangkau.
“Beberapa perusahaan menggunakan AI untuk efisiensi dan efektivitas proses bisnis seperti pemrosesan klaim, layanan pelanggan, pemetaan strategi pemasaran, pemrosesan data analitis dan masih banyak fungsi lainnya yang tentunya diterapkan untuk memberikan layanan dan pengalaman terbaik kepada pemegang polis,” ujarnya. . . Selesai.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel