Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) secara gamblang menyatakan dampak anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) semakin terbebani dengan program makan siang gratis yang diperkirakan membutuhkan sekitar Rp 400 triliun.
Kepala Ekonom ADB Arief Ramayandi meyakini meski anggaran tersebut membutuhkan sumber daya keuangan yang besar pada pemerintahan mendatang, namun pemerintah tetap mampu mengendalikan defisit dengan baik.
“Tentu ada beban anggaran, tapi apakah ini akan memperparah defisit anggaran? Saya kira tidak” – dalam “Perspektif Pembangunan Asia” di Gedung Perpustakaan Nasional, Kamis (16 Mei 2024).
Arief menjelaskan Indonesia memiliki kapasitas fiskal yang relatif baik dan kuat. Pendapatan negara dapat terus ditingkatkan untuk membantu membiayai program pemerintah di masa depan.
Pada tahun 2023, rasio penerimaan negara terhadap PDB atau tarif pajak yang dicapai sebesar 10,21%, dan target tahun ini berada pada kisaran 10,2%.
Artinya, kata Arief, Indonesia punya banyak ruang untuk lebih meningkatkan angka tersebut.
“Potensi Indonesia untuk meningkatkan pendapatan negara masih cukup besar sehingga program semacam ini jika dikelola secara efektif dan efisien masih dapat dibiayai. “Tujuannya adalah nutrisi yang tepat dan peningkatan efisiensi kerja,” jelasnya.
Jika pengeluaran tidak sebanding dengan pendapatan, maka anggaran negara akan mengalami defisit yang lebih besar.
Tahun ini saja, seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah untuk perlindungan sosial, defisit APBN meningkat dari maksimal 2,29% menjadi 2,8%. Sedangkan menurut Undang-undang (UU) no. 17/2003 tentang Keuangan Negara, defisit APBN dibatasi paling banyak 3 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Dalam kesempatan lain, Ekonom PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjojo mengatakan untuk membiayai kebutuhan kesehatan dan sosial, pemerintah harus menaikkan defisit hingga 5%.
“Dalam beberapa tahun pertama jangan ragu tancap gas. Belanja [sesuai target defisit]. Artinya dalam 5 tahun cukup dijalankan satu atau dua tahun pertama saja, ujarnya, Rabu (15 Mei 2024) dalam diskusi Fitch Indonesia di Mandarin Oriental.
Sementara itu, pemerintah harus memperketat kebijakan defisit dalam tiga tahun ke depan. Kurangnya pengendalian defisit menjadi masalah karena mempengaruhi rasio utang.
Dalam forum ekonomi baru-baru ini di Qatar, Prabowo bahkan mengatakan belum ada rencana mengubah kebijakan pembatasan defisit maksimal hingga 3%.
“Saya pikir kita mempunyai rasio utang terhadap PDB terendah di dunia, salah satu yang terendah. “Jadi menurut saya inilah saatnya menunjukkan keberanian dalam tata kelola yang baik,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Kamis (16 Mei 2024).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel