Bisnis.com, PACITAN – Terik matahari tak menyurutkan semangat para petani desa devisa di Pacitani. Mereka rajin merawat tanaman jahe gajah yang saat ini banyak dijual di negara-negara Timur Tengah.
Desa devisa Pacitan yang terletak sekitar tiga jam perjalanan berkelok-kelok dari Bandara Adi Soemarmo, berhasil mengembangkan potensi bahan baku jahe gajah hingga menembus pasar luar negeri.
Para petani di sini aktif mengikuti program pelatihan BUMDes Sejahtera Punjung yang didukung oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Pemerintah Kabupaten Pacitan (Pemkab) untuk memberikan akses produk lokal agar bisa mendunia.
Direktur BUMDes Sejahtera Punjung Lilik Musthofa menjelaskan, konsumen sudah mencari jahe gajah dari berbagai negara seperti Bangladesh, Pakistan, dan India, meski komoditas tersebut kurang diminati di pasar lokal.
Negara-negara ini lebih memilih jahe gajah karena rasa pedasnya yang tidak terlalu menyengat. “Kami mengekspor lebih dari 10 kontainer ke Pakistan dan Bangladesh tahun lalu,” katanya.
Sebuah kontainer berukuran 40 meter menampung 900 karung jahe gajah, masing-masing karung berbobot sekitar 32,5 kilogram, sehingga total muatannya 29,25 ton. Dengan harga tahun lalu Rp 8.500 per kilogram dan refraksi 5%, satu kontainer jahe gajah bisa berharga sekitar Rp 236 juta.
“Kami sudah berkomunikasi dengan pelanggan mengenai pesanan 300-500 ton untuk tahun ini, dan kami berharap bisa dipenuhi pada Juli hingga Agustus 2024,” kata Lilik.
Dia memperkirakan harga jahe gajah per kilogram tahun ini bisa naik hingga Rp 16.000.
Tantangan di balik tingginya permintaan
Salah satu petani, Purwanto (46), berharap dengan pelatihan ini produk jahe gajah juga bisa diproduksi dengan baik. “Mudah-mudahan panen kali ini sukses dan hasilnya bagus,” ujarnya kepada warga desa.
Meski permintaan dari Timur Tengah tinggi, petani seperti Purwanto mengakui masih menghadapi banyak tantangan, salah satunya adalah cuaca yang tidak bisa diprediksi.
“Yah, hujan tahun ini tidak bisa diprediksi. Jadi kemarin bulan November [2023] hujan, sudah hujan. Namun dua bulan berikutnya merupakan musim kemarau panjang. Banyak yang gagal panen ya Kak. “Kalau tidak, panennya cepat sehingga hasilnya tidak bagus,” jelas Purwanto.
Keberhasilan panen ditandai dengan tanaman tidak layu meskipun sudah memasuki bulan kelima atau keenam. Jika berhasil, satu kilogram benih bisa menghasilkan 10-11 kilogram jahe gajah.
Lilik menambahkan cuaca, hama, dan kualitas benih menjadi kendala utama petani. Ia berharap tim ahli bisa datang ke Kabupaten Pacitan untuk membantu petani meningkatkan tingkat keberhasilan panen hingga 80%.
Tahun ini banyak petani yang gagal panen karena cuaca dan hama,” ujarnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Purwanto tetap optimistis panennya akan berhasil. Ia yakin BUMDes dan LPEI dapat membantu meningkatkan perekonomian petani jahe di wilayahnya.
Intinya, jika petani mengikuti BUMD ini, Insya Allah petani akan meningkatkan pertaniannya, kata Purwanto.
Lilik juga berharap BUMDes bisa menyambut seluruh petani di Pacitan dan mengenalkan potensi besar jahe gajah. Ia juga berharap LPEI dapat memberikan alat dan keahlian tambahan dalam kemasan anti jamur.
“Kami berharap BUMDes bisa menyambut seluruh petani di Pacitan dan mengenalkan potensi besar jahe gajah,” ujarnya.
Saat ini terdapat dua program Desa Devisa di Pacitan, yaitu Desa Devisa Jahe Gajah dan Desa Devisa Aren, dengan lebih dari 11.000 petani dan peternak mengikuti pelatihan dan pendampingan LPEI.
“LPEI bersama Pemkab Pacitan terus banyak memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani melalui BUMD,” jelas Ilham Mustafa, Kepala Pelayanan Bina LPEI.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani, peternak dan BUMD dalam proses produksi, pengelolaan dan ekspor, serta meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi yang ramah lingkungan sehingga mampu bersaing di pasar global.
Hingga Maret 2024, LPEI memiliki 1.035 desa devisa dan lebih dari 4.500 mitra yang didukung oleh pelaku usaha berorientasi ekspor melalui Program Pelatihan Eksportir Baru (CPNE).
Program ini telah menghasilkan 26 produk ekspor ke lebih dari 65 negara sasaran, dan memberikan dampak positif kepada lebih dari 100.000 penerima manfaat, termasuk pekerja, petani, dan peternak.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel