Bisnis.com, Jakarta – PT PLN Indonesia Power (PLN IP), sub-holding dari PT PLN (Persero), berkomitmen mempercepat realisasi energi terbarukan (EBT) di Indonesia.
Direktur Utama PLN Power Indonesia Edwin Nugraha Putra menjelaskan perseroan mendukung inisiatif Net Zero Emission dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negara di masa depan.
“Dalam 35 tahun dari sekarang, bebannya akan sangat tinggi, sehingga kita perlu mengeksplorasi energi baru terbarukan yang mungkin tersedia di Indonesia,” kata Edwin dalam pernyataannya baru-baru ini di Asia Pacific Energy Talk Forum. /5/2024)
Dalam agenda tahunan yang digelar Siemens Energy, Asosiasi Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dan pemangku kepentingan di negara-negara Asia dan Pasifik, Edwin mengungkapkan pentingnya memikirkan masa depan pasokan listrik.
Oleh karena itu, IP PLN telah menyiapkan berbagai strategi pengembangan EBT untuk memenuhi kebutuhan listrik hingga 35 tahun ke depan. Sebagai langkah awal, PLN Indonesia Power juga telah merencanakan strategi pengembangan EBT melalui proyek Hijaunesia 2023 untuk mencapai tujuan inisiatif Net Zero Emissions.
Proyek Hijaunesia PLN IP 2023 terutama memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) melalui rencana kemitraan strategis.
“Melalui inisiatif ini kami menambah pengembangan EBT yang tercantum dalam RUPTL 2021-2030 dengan kapasitas 1.055 MW,” kata Edwin.
PLN IP akan mempercepat pembangunan PLTS berkapasitas 500 megawatt (MW) di lima lokasi, sehingga mempercepat waktu operasi komersial (COD) proses pembangunan.
“Pembangunan peralatan listrik merupakan proses paralel yang mencakup pra-seleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan pemberi pinjaman, dan proses perizinan,” ujarnya.
Edwin berpendapat bahwa pada prinsipnya mencapai nol emisi bersih tidaklah mudah. Sebagai perusahaan induk, PLN terus bekerja keras menciptakan solusi strategi energi terbaik untuk transisi energi.
Misalnya, mengingat berbagai faktor, pengembangan EBT yang disiapkan oleh IP PLN kurang layak diterapkan saat ini. Oleh karena itu penerapannya kedepannya akan sesuai dengan perkembangan teknologi agar dapat dimanfaatkan secara realistis.
“Saat ini kita sudah mulai memperkenalkan EBT hidro, panas bumi, nuklir, dan amoniak. Namun saat ini belum bisa digunakan karena akan berdampak pada kenaikan biaya listrik. Jadi kita tunggu teknologinya matang baru kita gunakan. untuk mengurangi emisi karbon,” kata Edwin.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel