Bisnis.com JAKARTA – Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong pemerintah untuk meningkatkan kualitas bahan bakar (BBM) di Indonesia. Sebab, kualitas bahan bakar yang buruk akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan
Direktur Eksekutif IESR Fabi Tumiwa mengatakan; Cita-cita Presiden Pravo Subianto untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 10 persen akan sulit tercapai jika pemerintah tidak memberikan perhatian khusus terhadap polusi udara dan kualitas bahan bakar.
“Saya tidak yakin kita bisa tumbuh 8% tanpa mengatasi polusi udara. Langkah strategis untuk mengurangi polusi udara adalah dengan meningkatkan kualitas bahan bakar motor dan industri di Indonesia,” kata Fabi pada konferensi IESR. Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Saat ini kualitas bahan bakar di Indonesia, khususnya solar dan bensin, masih jauh dari standar internasional dan yang diterapkan di negara-negara maju.
Misalnya, bahan bakar diesel di Indonesia mengandung sulfur hingga 3.500 ppm, jauh di atas standar Euro 4 yang membatasi sulfur hanya 50 ppm.
Belerang dalam bahan bakar ini; Zat berbahaya seperti benzena dan toluena berkontribusi besar terhadap polusi udara dan membahayakan kesehatan manusia, katanya.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara menyebabkan lebih dari 60.000 kematian dini di Indonesia setiap tahunnya, dan sekitar 27 persen kematian akibat stroke dan penyakit jantung disebabkan oleh polusi udara.
Sementara itu, polusi udara di Indonesia dapat mengurangi PDB sebesar $220 miliar atau 6,6 persen per tahun, menurut laporan Bank Dunia. “Sektor pariwisata,” ujarnya.
Oleh karena itu, sektor publik dan swasta perlu berinvestasi pada teknologi produksi bahan bakar ramah lingkungan dan meningkatkan infrastruktur kilang di Indonesia, kata Fabi.
Menurutnya, selain meningkatkan kualitas bahan bakar, pemerintah perlu memberikan insentif untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik, dan menurutnya diperlukan lebih banyak insentif seiring dengan kemajuan yang dicapai.
Ia mengatakan pemerintah dapat memberikan dukungan melalui insentif pajak atau pengisian infrastruktur perangkat listrik dan kebijakan sisi pasokan.
Menurut Fabi, masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai bahaya pencemaran udara dan pentingnya peningkatan kualitas bahan bakar. Kemudian dari sisi pelaku ekonomi, perlu dilakukan tindakan tegas apabila bahan bakar yang dijual di pasaran tidak memenuhi syarat mutu.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel