Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) mendarat di zona hijau pada penutupan perdagangan Senin (18/11/2024), sekaligus menyelesaikan fase koreksi selama 4 hari berturut-turut.
Saham BRMS naik 50 poin atau 12,5% menjadi Rp 450 per saham hari ini, menurut data Bloomberg. BRMS kembali masuk wilayah hijau setelah memerah pada penutupan perdagangan 12-15 November 2024.
BEI mencatat BRMS pulih 4,86% pada 12 November, 6,38% pada 13 November, 5,45% pada 14 November, dan turun 3,85% pada akhir pekan lalu. Alhasil, BRMS turun 11,11% pada pekan lalu.
Dibanderol Rp450 per saham, BRMS tumbuh 30,81% dalam sebulan terakhir atau melonjak 164,71% year-to-date (YtD). BRMS menyentuh rekor harga tertinggi Rp 494 per saham pada 11 November 2024.
Manuver harga saham BRMS terjadi di tengah tingginya nilai transaksi saham emiten pertambangan logam tersebut. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, nilai transaksi saham BRMS mencapai Rp 4,65 triliun pada 11-15 November atau tertinggi ketiga setelah BBRI Rp 5,69 triliun dan BBCA Rp 4,65 triliun.
Nilai transaksi saham BRMS juga tercatat tinggi yakni Rp 4,39 triliun pada 4 hingga 8 November, Rp 1.64.000.000 pada 28 Oktober hingga 1 November, dan Rp 2,32 triliun pada 21 hingga 25 Oktober 2024.
Berdasarkan nilai transaksi yang besar tersebut, jumlah pemegang saham BRMS meningkat dari Oktober 2024 dibandingkan September 2024. Menurut Biro Administrasi Efek PT Ficomindo Buana Buana, total investor nasional BRMS sebanyak 39.786 investor atau bertambah 3.229 investor. dibandingkan bulan sebelumnya. Jumlah tersebut didominasi oleh perorangan sebanyak 39.525 orang dan perseroan terbatas sebanyak 243 orang.
Sedangkan jumlah investor asing per Oktober 2024 sebanyak 50 individu dan 142 perusahaan saham gabungan. Jumlah investor institusi asing BRMS justru menurun dari 146 investor pada September 2024.
Senior Charta Nafan Aji Gusta Mirae Asset Sekuritas menjelaskan kinerja saham BRMS dibayangi oleh pandangan The Fed yang hawkish, minimnya katalis positif domestik, dan pergerakan harga komoditas global.
Menurut Nafan, pasar menunggu rilis laporan keuangan Grup Bakrie. Ia menilai emiten Grup Bakrie yang belum mempublikasikan laporan keuangan seperti BUMI dan BRMS seharusnya memiliki kinerja yang baik baik dari sisi top maupun bottom line.
Saran saya, sebaiknya saham Bakria dimiliki, kata Nafan.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel