Bisnis.com, JAKARTA – Berdasarkan laporan Project Wira, permintaan aset tokenized di Indonesia diperkirakan mencapai 88 miliar dolar AS (1,390 triliun rupiah) pada tahun 2030.
Proyek Wira diumumkan hari ini oleh BVI, Saison Capital, D3 Labs dan Tiger Research. Laporan ini juga menyoroti sektor komoditas yang berpotensi menjadi salah satu aset tokenized ASEAN.
Tokenisasi aset adalah proses mengubah kepemilikan suatu aset, seperti properti, karya seni, atau barang, menjadi token digital yang tercatat di blockchain. Token ini kemudian dapat diperdagangkan di pasar digital
Menurut Chief Investment Officer BRI Ventures Marcus Liman Raharja, lima tahun ke depan akan menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan posisi terdepan dalam tokenisasi komoditas dan eksplorasi aset lainnya.
Menurut Marcus, perbankan, lembaga keuangan, dan fintech dapat bekerja sama untuk mempercepat adopsi tersebut dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing.
Misalnya, lembaga keuangan seperti bank memiliki keahlian dalam bidang regulasi, serta basis pelanggan yang mapan dan pemahaman mendalam tentang pasar keuangan. Fintech menawarkan ketangkasan.
“Pada saat yang sama, fintech menawarkan ketangkasan, inovasi, serta teknologi blockchain dan tokenisasi,” kata Markus, Selasa (19/11/2024).
Menurut Marcus, token digital yang memiliki aset-aset ini di blockchain akan meningkatkan efisiensi dan transparansi manajemen aset bagi investor institusi, sekaligus mengurangi biaya transaksi dan mempercepat waktu penyelesaian.
Bagi investor ritel, tokenisasi ini membuka peluang dengan menurunkan ambang batas minimum investasi yang diharapkan dapat meningkatkan inklusi keuangan.
Sementara itu, laporan tersebut juga mengidentifikasi empat faktor yang mempercepat tokenisasi di Indonesia.
Pertama, populasi generasi muda, pertumbuhan kelas menengah, industri fintech yang sangat maju, dan sistem pembayaran digital yang berkembang.
Keempat faktor ini memberikan landasan yang kuat bagi Indonesia untuk mengadopsi tokenisasi aset secara luas.
Pendiri Tiger Research Daniel Kim mengatakan Indonesia memiliki 18,5 juta penduduk Indonesia, atau 6,7% dari populasi, yang memiliki aset digital dan bersedia melakukan tokenisasi aset tersebut.
Jumlah ini lebih dari 6,4 juta investor ekuitas, yang menunjukkan pentingnya aset berbasis blockchain dan minat terhadap produk keuangan digital.
“Indonesia adalah pasar tokenisasi yang sangat menarik di Asia dengan populasi muda yang paham digital,” ujarnya.
Indonesia, sebagai eksportir komoditas terbesar di dunia seperti minyak sawit dan batu bara, berpotensi menjadi pusat utama tokenisasi berbasis blockchain.
Kombinasi penetrasi teknologi yang lebih cepat dan keunggulan unik tokenisasi menjadikan Indonesia ideal untuk pembuatan token berbasis produk. Saat ini, sektor tokenisasi komoditas didominasi oleh aset tradisional seperti emas.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA