Bisnis.com, Jakarta – Perusahaan pembiayaan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) memperkirakan dampak rencana pemerintah menaikkan suku bunga hingga 12% pada tahun 2025. Perusahaan pembiayaan disebut bisa melambat karena meningkatnya biaya kepemilikan. Kendaraan yang menjadi pilar industri pembiayaan.

Ketua Direktur CNAF Ristiyawan Suharman mengatakan penyesuaian tarif pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12 persen pada tahun depan akan sangat berdampak pada sektor industri, salah satunya otomotif dan keuangan.

“Industri otomotif akan terkena dampak dari kenaikan harga kendaraan yang dijual satuan dan tentunya industri pembiayaan akan beradaptasi dengan kondisi tersebut, yang tentunya akan mempengaruhi besaran pembayaran kredit pelanggan,” kata Ristiawan saat dihubungi. Bisnis pada Selasa (19/11/2024).

Ristiawan mengatakan rencana ke depan kemungkinan besar akan berdampak pada bisnis CNAF juga.  Meski demikian, CNAF optimistis situasi ini tidak akan berdampak besar terhadap industri otomotif karena Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperkirakan penjualan mobil akan meningkat hingga satu juta pada tahun 2025.

“Ini menandakan pertumbuhan penjualan akan terus berlanjut pada tahun depan,” ujarnya.

Meski demikian, Ristiawan mengatakan CNAF mengantisipasi segala kemungkinan terkait dampak kenaikan PPN sebesar 12%. Oleh karena itu, pihaknya telah merancang berbagai prosedur, salah satunya adalah Konfirmasi Anda Mengenal Pelanggan Anda (KYC) dan terus menerapkan risk pricing pricing yang menekankan pada penetapan tarif sesuai risiko pelanggan.

Meski begitu, kata Ristiawan, CNAF masih optimistis terhadap pertumbuhan di tahun 2025. Perusahaan juga berencana lebih agresif dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat, didukung dengan beberapa unit baru yang akan bermunculan pada tahun depan.

Di sisi lain, CNAF juga akan mendorong pertumbuhan penyaluran pembiayaan mobil ramah lingkungan, dimana animo masyarakat terhadap hal tersebut cukup besar, apalagi didukung dengan banyaknya insentif dari pemerintah atas pekerjaan tersebut, seperti potongan pajak penjualan. Dalam Barang Mewah (PPnBM) disebut pungutan kembali, diskon ganjil, dan diskon atas pembangunan infrastruktur yang semakin luas.

“Untuk menjawab tantangan tahun lalu, CNAF tetap fokus pada beberapa indikator seperti perolehan kekuasaan masyarakat dan kondisi geopolitik yang tidak stabil. Hal ini menjadi pengingat bagi CNAF untuk terus meningkatkan aspek kehati-hatian yang ada,” tutupnya.

Diketahui, CNAF mematok piutang pembiayaannya mencapai Rp 10,57 triliun pada September 2024. Angka tersebut lebih rendah 40% secara tahunan (year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp7,54 triliun.

Dari total penyaluran pembiayaan baru, CNAF mencapai Rp7,08 triliun atau meningkat 17% dibandingkan Rp6,06 triliun pada periode yang sama tahun lalu.  Dari total penyaluran pembiayaan, mobil bekas mendominasi 65% atau Rp 4,49 triliun.

Pada akhir tahun 2024, penyaluran pembiayaan baru CNAF akan mencapai Rp 10 triliun pada tahun 2024. Angka tersebut meningkat 15% (YoY) dari target pembiayaan baru tahun 2023 sebesar Rp 8,5 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel