Bisnis.com, JAKARTA – Produsen pesawat Airbus memperkirakan industri penerbangan Asia Pasifik akan membutuhkan 19.500 pesawat baru pada tahun 2043, atau 46% dari total permintaan global yang diperkirakan mencapai 42.430.
Presiden Airbus Asia-Pasifik Anand Stanley menjelaskan bahwa perkiraan untuk kawasan Asia-Pasifik, termasuk Tiongkok dan India, menunjukkan peningkatan permintaan pesawat baru sebesar 3% setiap tahun.
Dengan peningkatan permintaan ini, armada di kawasan ini terus bertambah, didorong oleh perluasan armada dan penggantian pesawat yang lebih tua, serta semakin populernya inisiatif keberlanjutan.
“Airbus memperkirakan dibutuhkan sekitar 16.000 pesawat lorong tunggal seperti keluarga A220 dan A320neo untuk mendukung rute jarak pendek dan menengah di wilayah ini,” kata Anand Stanley, Senin (17/11/2024).
Selain itu, kata dia, permintaan pesawat jarak menengah dan jauh seperti A330neo dan A350 diperkirakan mencapai 3.500 unit. Pesanan multimoda terbaru di wilayah ini termasuk Cathay Pacific (A330neo), EVA Air, Japan Airlines, dan Korean Air (A350).
Airbus berencana menggunakan sekitar 71% dari seluruh pesawat baru untuk perluasan armada, sedangkan 29% sisanya akan digunakan untuk menggantikan pesawat lama, yang akan berdampak signifikan pada upaya pengurangan emisi karbon.
Anand mengklaim bahwa pesawat multimoda generasi terbaru Airbus lebih hemat bahan bakar hingga 25% sehingga memiliki emisi karbon dioksida yang lebih rendah.
Di segmen kargo, kawasan Asia-Pasifik diperkirakan membutuhkan sekitar 250 pesawat berbadan lebar baru, yang mewakili 10% dari total permintaan kargo global. A350F, berdasarkan platform kinerja A350 yang telah terbukti, dirancang untuk memenuhi persyaratan ini dengan efisiensi tinggi, emisi CO2 rendah, dan penghematan yang luar biasa.
Anand juga mengatakan bahwa A350F memenuhi standar emisi terbaru ICAO, menjadikannya pemimpin pasar di bidang pesawat kargo besar. Pesanan STARLUX Airlines untuk lima unit A350F awal tahun ini merupakan bukti kepercayaan pasar terhadap model ini.
Lihat berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel