Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Patra Niaga menargetkan pada tahun 2030 dapat mengumpulkan 1,5 juta ton minyak jelantah (UCO).
Riva Seahan, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, mengatakan minyak jelantah dikumpulkan untuk diolah menjadi bahan baku bioavtur atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) dan bahan bakar rendah karbon seperti minyak nabati terhidrogenasi (HVO). ).
“Peningkatan dan keuntungan pengumpulan UCO dari 0,3 juta ton pada tahun 2023, dan diharapkan pada tahun 2030 menjadi 1,5 juta ton pada tahun 16/2024).
Pengumpulan minyak jelantah akan diambil dari rumah tangga. Selain itu, Pertamina Patra Niaga juga akan bekerja sama dengan pengusaha FnB dan pabrik makanan untuk mengumpulkan minyak jelantah.
Pertamina Patra Niaga secara khusus akan mengumpulkan limbah penyiapan makanan dari usaha FnB dan pabrik yang bekerja sama dengan Business to Consumer (B2C) dan Business to Business (B2B).
“Kami berupaya meningkatkan potensi volume UCO untuk mendukung produksi produk SAF dan produk rendah karbon lainnya seperti HVO,” kata Riva.
Indonesia sendiri sedang mengembangkan bioavtur sebagai bahan bakar penerbangan komersial. Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku pembuatan bahan bakar rendah karbon.
Produk SAF atau dikenal dengan bioavtur dari Pertamina ini telah diuji pada penerbangan komersial pada pesawat Boeing 737-800 NG milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA).
Selain maskapai dalam negeri, SAF milik Pertamina juga diuji oleh Virgin Australia Airlines.
Boeing 737 milik Virgin Australia ditampilkan di Bali International Airshow dengan sekitar 160 kiloliter SAF didistribusikan ke penerbangan harian Virgin Australia ke Ngurah Rai, mulai tahun 2024. 18 hingga 19 September
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel