Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa program yang diusung Presiden RI, Prabowo Subianto, termasuk perubahan tata kelola perusahaan, berpeluang meredam saham BUMN yang saat ini mendapat tekanan jual investor asing. .

Dalam 10 hari kerja terakhir hingga akhir pekan lalu, Jumat (15/11/2024), saham emiten negara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi saham yang paling banyak diperdagangkan asing dengan nilai mencapai 3 triliun. 

Posisi ini dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) catat penjualan bersih asing di pasar reguler sebesar 1,6 triliun, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) senilai Rp 684,9 miliar. 

Analis Panin Securitas Felix Darmavan mengatakan, perilaku jual investor asing pada saham-saham negara akhir-akhir ini sedang menjadi tren. 

Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan investor asing mencatatkan perdagangan bersih Rp 4,64 triliun pada 11 hingga 15 November 2024. BBRI dan BMRI nampaknya menjadi saham yang paling banyak diperdagangkan.

“Dalam jangka pendek, saham-saham BUMN akan terus bergejolak akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi global dan sentimen eksternal yang mempengaruhi dinamika pasar keuangan internasional, arus modal, dan pelemahan rupee.” Bisnis tersebut mengatakan pada Senin (18/11/2024).

Meski demikian, Felix memperkirakan pergantian Dewan Komisaris atau direksi perusahaan pelat merah serta sentimen dalam negeri yang memperkuat BUMN Karya bisa menjadi katalis positif. 

“Misalnya, perubahan manajemen diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan sehingga dapat menarik minat investor.” 

Selain itu, program pemerintah seperti makanan gratis dan keringanan utang macet dapat meningkatkan keterjangkauan dan stabilitas ekonomi, sehingga memungkinkan perusahaan milik negara untuk mendukung operasi mereka di sektor terkait.

Felix menyimpulkan, meski saham-saham BUMN kesulitan terjual di bawah tekanan investor asing, namun sentimen dalam negeri dan perbaikan kinerja perseroan bisa menjadi titik balik penting dalam jangka menengah. 

Namun kita juga harus mewaspadai perubahan perekonomian global karena mempengaruhi arus dan aliran investor asing, terutama saham-saham berkapitalisasi besar, ujarnya. 

Di sisi lain, ia berpendapat bahwa stabilitas ekonomi global yang kuat diperlukan untuk membalikkan tren saat ini. Menurutnya, membaiknya kondisi perekonomian global dan kepercayaan terhadap kebijakan ekonomi dapat meningkatkan kepercayaan terhadap asing. 

Kinerja keuangan yang kuat dapat kembali menarik minat investor, kata Felix. Inisiatif pemerintah untuk mendukung investasi dan reformasi struktural memungkinkan terciptanya iklim investasi yang lebih baik.

_____________________

 

Penafian: Pengumuman ini tidak dimaksudkan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel