Bisnis.com, BANTEN – Produsen petrokimia PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) masih menunggu persetujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL untuk membangun pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC).
Direktur Chandra Asri Edi Riva’i berharap persetujuan AMDAL dari Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq secepatnya. Edi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan dokumen AMDAL untuk proyek tersebut sejak dua tahun lalu.
Mudah-mudahan di awal tahun 2025 kita menunggu AMDAL kita ditandatangani Menteri Lingkungan Hidup, kata Edi dalam jumpa pers di kawasan pabrik Chandra Asri, Banten, Senin. (18/11). /2024).
Pembangunan pabrik CA-EDC diperkirakan menelan biaya US$1 miliar atau Rp15,71 triliun (kurs Jisdor Rp15.715 per US$). Rinciannya US$ 850 juta untuk peralatan produksi dan US$ 150 juta untuk sumber lainnya.
Rencananya pabrik CA-EDC akan dikembangkan oleh TPIA melalui anak perusahaannya PT Chandra Asri Alkali (CAA).
Pabrik tersebut mempunyai kapasitas produksi 400.000 ton per tahun kapur basah dan 500.000 ton per tahun etilen diklorida (EDC).
Edi mengatakan, soda kaustik basah selalu digunakan untuk membersihkan alumina dan nikel yang merupakan bagian dari komponen baterai EV.
Saat ini EDC merupakan bahan kimia perantara dalam produksi plastik polivinil klorida (PVC) yang sering digunakan pada pipa di industri konstruksi.
Di sisi lain, lanjut Édi, kesepakatan dengan Otoritas Investasi Indonesia (INA) dalam proyek ini diharapkan dapat mendatangkan keuntungan, uang, dan masa depan bisnis perseroan.
“Dengan INA ada kesepakatan untuk ikut membiayai CAA karena ini aset negara, INA bisa bekerja sama dengan Inalum,” ujarnya.
Sebelumnya, PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum menandatangani letter of Intent (LoI) dengan TPIA terkait kemungkinan pembelian 120.000 ton soda ash dari pabrik CAA. Selain itu, Inalum juga mengincar 10% saham CAA.
Direktur Pengembangan Bisnis Inalum Melati Sarnita mengatakan, soda basah yang disuplai CAA akan digunakan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan Inalum, dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), sebagai bahan baku produksi alumina melalui SGAR Mempawah, Kalimantan Barat.
Tahap selanjutnya aluminium akan digunakan Inalum sebagai bahan baku melalui smelternya untuk diubah menjadi aluminium, kata Melati.
Melati menambahkan, Inalum fokus menciptakan lingkungan aluminium di wilayah atas dan meningkatkan produksi, baik dalam pengembangan baja paduan aluminium maupun produksi energi ramah lingkungan.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel