Bisnis.com, JAKARTA – Bank Rakyat (BPR) mencatat memburuknya kualitas kredit terlihat dari rasio kredit bermasalah alias NPL yang meningkat dalam delapan bulan tahun 2024 yakni hingga Agustus 2024. Lalu apa itu? Mengapa?
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, NPL BPR mencapai 11,67% pada Agustus 2024, meningkat 154 basis poin (bps) year-on-year dari 10,13% pada Agustus 2023.
Sementara pinjaman jangka panjang mencapai Rp17,07 triliun pada Agustus 2024, meningkat 225,52% dari sebelumnya Rp13,93 triliun pada Agustus 2023.
NPL BPR sendiri berangsur meningkat sejak awal tahun 2024, yaitu sebesar 10,25% pada Januari 2024, kemudian 10,55% pada Februari, kemudian masing-masing pada Maret, April, Mei, dan Juni 2024. berada pada level 10,7%; 11,2% adalah ‘; 11,37% dan 11,39% dari Juli 2024 yaitu 11,58%.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan kenaikan NPL ini disebabkan oleh berakhirnya beberapa kebijakan liburan penyebaran Covid-19 sepanjang Maret 2024, sehingga BPR sebaiknya menyesuaikan kredit yang baik sesuai aturan yang berlaku.
Sementara itu, Direktur Pengawasan Keuangan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pihaknya akan terus melakukan upaya perbaikan pengelolaan aset dengan tetap memperhatikan prinsip kewaspadaan dan manajemen risiko.
“Dengan mempertimbangkan permasalahan pascapandemi Covid-19 dan penyelesaian perkreditan tersebut, dengan menerbitkan POJK Nomor 1 Tahun 2024 tentang Kualitas Aset BPR,” ujarnya dalam keterangan yang dikeluarkan, Minggu (17/11/2024). ).
Senada, Direktur Perhimpunan Bank-Bank Ekonomi Rakyat Indonesia (Perbarindo) Tedi Alamsyah mengatakan, rasio NPL meningkat akibat spread yang terjadi beberapa waktu lalu.
Bahkan, banyak BPR, kata Tedi, yang melakukan penyesuaian kebijakan di akhir masa liburan.
“Saya kira ini akan berlangsung beberapa saat karena kredit meningkat, tentu rasio NPL akan membaik,” ujarnya kepada Bisnis.
Dikatakannya, seluruh pegawai industri BPR sama-sama berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerjanya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Ia pun senang rasio NPL sektor BPR bisa ditekan di bawah 8%.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA