Bisnis.com, Jakarta – Bursa Efek Indonesia memberikan tips kepada investor jika perusahaan start-up alias startup teknologi berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO) di masa depan. 

Berdasarkan data otoritas bursa, belum ada calon emiten sektor teknologi yang masuk daftar antrean atau pipeline penawaran umum perdana hingga awal November 2024.

Meski demikian, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memperkirakan perusahaan start-up akan kembali tumbuh seiring dengan penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia (BI). 

“Pergerakan terkait suku bunga sudah diatur ulang. Rupanya startup akan keluar dan terbentuk lagi. Soalnya pengusaha ketika mau IPO, mereka tahu betul kapan harus berangkat,” ujarnya di Jakarta, Senin (12). /11/2024).

Nyoman kemudian berpesan kepada investor untuk memperhatikan kinerja fundamental jika memiliki perusahaan start-up yang tercatat di BEI. Langkah ini untuk mengantisipasi kerugian dalam berinvestasi di saham-saham teknologi.

“Investor lebih rasional dalam memandang, saya tekankan jangan sampai terpengaruh euforia,” tutupnya. 

Berkaca dari IPO perusahaan teknologi sebelumnya, ia menegaskan agar investor memperhatikan peluang pertumbuhan yang terlihat pada fundamental calon emiten dan menganalisisnya dengan lebih rasional. 

“Pada akhirnya itu akan kembali ke fundamental perusahaan. Jadi, harus melihat dari situ dan merasionalisasi potensi pertumbuhan ke depan. Itu pesan saya dalam hal perusahaan startup. Di BEI,” ujarnya.

Seperti diketahui, beberapa penyedia teknologi mengalami penurunan harga saham setelah mengantongi sejumlah besar uang dari penawaran umum perdana. 

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO misalnya) yang mengantongi pendanaan segar Rp 13,5 triliun dari IPO-nya. Emiten yang telah melakukan emisi ke publik pada 11 April 2022 ini akan menerbitkan 40,62 juta saham dengan harga Rp 338 per saham.  

Banderol harga GOTO adalah Rp 68 per saham atau menunjukkan penurunan year-to-date (YtD) sebesar 20,93%. 

Juga di saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) saat ini berada di harga Rp 118 per saham, turun 45,37% YtD. Emiten yang go public pada Agustus 2021 ini mematok harga IPO Rp 850 dan menghimpun dana senilai Rp 21,9 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel