Bisnis.com, JAKARTA – Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerapkan bantuan keuangan langsung (BLT) subsidi listrik agar penyerapannya lebih tepat sasaran bagi masyarakat. tingkat yang buruk. .
Untuk mendukung rekomendasi tersebut, kelompok tersebut memiliki Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) berbasis NIK sebagai sasaran penerima bantuan elektronik yang ditujukan kepada masyarakat miskin. Hal ini bertujuan agar sistem pendukung pemerintah lebih tepat sasaran.
Koordinator Nasional Penerapan Strategi Antikorupsi (Stranas PK) Pahala Nainggolan mengatakan, subsidi BLT atau subsidi langsung ke konsumen lebih baik dibandingkan subsidi listrik yang diberikan kepada PT PLN (Persero).
“Namanya pembiayaan konsumen, diberikan kepada mereka yang disasar. Makanya ESDM yang menguasai datanya, bukan PLN, itu BUMN, badan usaha tidak punya kepentingan, mau miskin atau tidak, itu saja. kasih, yang penting jual,” kata Pahala di Kantor C1 KPK Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Data yang dirilis Time, terdapat potensi kerugian pemerintah sebesar Rp 1,2 triliun per bulan akibat kurang tepat sasarannya subsidi listrik kepada 10,6 juta pelanggan non-miskin PT PLN.
Angka tersebut diambil dari catatan survei menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Data Gabungan Kesejahteraan (DTKS) yang mencatat 33 juta masyarakat penerima bantuan listrik 450 VA dan 900 VA pada tahun 2023.
“Pokoknya kalau diteruskan tergantung kecepatan PLN kan? Diminta 2 tahun cepat ganti KTP ke NIK, begitu cocok dengan dukcapil dan DTKS, kami kira akan lanjutkan. . meningkat,” katanya.
Dalam konteks ini, Stranas PK menekankan pentingnya mengkaji ulang Permen ESDM 3/2024 dimana terdapat pasal yang memperbolehkan penyaluran otomasi pelanggan 900 VA tidak disubsidi oleh pelanggan 900 VA. kompatibel dengan DTKS.
Pahala menjelaskan, melalui koordinasi dengan Kementerian ESDM, tim berpesan agar pendistribusian pelanggan tidak dilakukan secara otomatis melainkan dengan cara impor.
Soalnya ESDM sampai saat ini belum mengelola datanya, yang disiapkan hanya kuota, tahun ini Rp 37 triliun diberikan ke PLN yang juga terlilit utang. Jadi PLN sendiri yang mengelola datanya, sekarang PLN. Yang putuskan dia miskin atau tidak, dia tidak mau khawatir,” tutupnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel